Minggu, 17 Mei 2009

pertumbuhan dan perkembangan bayi

Pertumbuhan ( Growth ) adalah berkaitan dangan masalah perubahan dalam besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat ( gram, pound ) ukuran panjang ( cm, inchi ), umur tulang dan keseimbangan metabolik ( retensi kalsium dan nitrogen tubuh).

Perkembangan ( Development ) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Perkembangan menyangkut adaanya proses difrensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk perkemabngan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.

Pertumbuhan dan perkembangan berjalan menurut norma-norma tertentu, walaupun demikian seorang anak dalam banyak hal tergantung kepada orang dewasa misalnya mengenai makanan, perawatan, bimbingan, perasaan aman, pencegahan penyakit dsb. Oleh karena itu semua orang yang mendapat tugas untuk mengawasi anak harus mengerti persoalan anak yang sedang tumbuh dan berkembang.


Tujuan mempelajari Tumbuh Kembang

  1. Sebagai alat ukur dalam asuhan keperawatan.

  2. Diperlukan untuk mengetahui yang normal dalam rangka mendeteksi deviasi dari normal.

  3. Sebagai guideline untuk menilai rata-rata terhadap perubahan fisik, intelektual, sosial dan emosional yang normal.

  4. Mengetahui perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan merupakan penuntun bagi perawat dalam mengkaji tingkat fungsional anak dan penyesuaiannya terhadap penyakit dan dirawat di rumah sakit.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan

Proses pertumbuhan dan perkembangan anak tidak selamanya berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhinya baik faktor yang dapat dirubah/dimodifikasi yaitu faktor keturunan, maupun faktor yang tidak dapat dirubah atau dimodifikasi yaitu faktor lingkungan.


Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak

Tumbuh kembang adalah proses yang continue sejak dari konsepsi sampai maturitas /dewasa yang dipengaruhi oleh factor bawaan dan lingkungan. Dalam periode tertentu terdapat masa percepatan atau masa perlambatan serta laju tumbuh kembang yang berlainan diantara organ-organ. Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi kecepatan berbeda antara anak yang satu dengan yang lain. Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi system susunan saraf. Aktifitas seluruh tubuh diganti respons individu yang khas. Refleks primitive seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang sebelum gerakan volunteer tercapai. Ada yang lebih dulu bicara baru jalan atau sebaliknyaAda yang badannya lebih dulu berkembang kemudian sub systemnya dan sebaliknyaDan sebagainya

Tahap-tahap Pertumbuhan dan Perkembangan

Terdapat variasi yang besar, tetapi setiap anak akan melalui suatu " milestone" yang merupakan tahapan dari tumbuh kembangnya dan tiap-tiap tahap mempunyai cirri tersendiri .Menutur Hasil Rapat Kerja UKK pediatric Sosial di Jakarta, yaitu :

  1. Masa Pranatal

Masa Mudigah/embrio : konsepsi – 8 Minggu

Masa janin/fetus : 9 minggu – lahir.

Masa Bayi : usia 0 – 1 tahun

  1. Masa Neonatal : 0 – 28 hari : Masa Neoratal dini : 0 – 7 hari, Masa Neonatal lanjut : 8 – 28 hari.

Masa pasca Neonatal : 29 hari – 1 tahun

Masa Toddler : usia 1 – 3 tahun

Masa Pra Sekolah : Usia 3 – 6 tahun

Masa Sekolah : Usia 6 – 18/20 tahun

  1. Masa Pra remaja : usia 6 – 10 tahun

  2. Masa Remaja : masa remaja dini wanita usia 8 – 13 tahun, pria usia 10 – 15 tahun, Masa temaja lanjut Wanita usia 13 – 18 tahun, Pria usia 15 – 20 tahun.

Tumbuh pada Masanya

    1. Usia 01 tahun: pertumbuhan anak umumnya sangat cepat.

    2. Usia 1-5 tahun: pertumbuhan masih cepat, tapi mulai melambat.

    3. Usia 5-8 tahun: pertumbuhan melambat.

    4. Masa praremaja: pertumbuhan meningkat lagi sampai akhir remaja.

    5. Masa balita: kecepatan pertumbuhan anak laki-laki dan perempuan hampir sama.

    6. Masa praremaja dan remaja: pertumbuhan anak perempuan lebih cepat dari laki-laki, tapi pertumbuhan anak perempuan lebih cepat berhenti pula.

Kapan Mengukur?

  1. Umur 0-1 tahun: sebaiknya ditimbang dan diukur setiap bulan.

  2. Umur 1-3 tahun: pengukuran dan penimbangan dilakukan setiap 3 bulan.

  3. Umur 3-6 tahun: lakukan pengukuran dan penimbangan setiap 6 bulan.

  4. Lebih dari 6 tahun: silakan diukur dan ditimbang setiap tahun.

  5. Tinggi badan anak memang bergantung pada potensi genetik. Tapi nutrisi, kasih sayang, stimulasi, aktivitas yang memadai, tidur cukup, serta tidak adanya penyakit akan membuat anak sama berkualitasnya, meski perawakannya tidak tinggi.



Rumus tinggi badan maksimal dan minimal anak di usia 18 tahun, sesuai dengan potensi genetik dari ayah dan ibu:

* Anak perempuan:

(tinggi badan ayah + tinggi badan Ibu -13): 2 +/- 8,5 cm

* Anak laki-laki:

(tinggi badan ayah + tinggi badan ibu + 13): 2 +/- 8,5 cm

Terdapat beberapa tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan antara lain masa dalam kandungan (prenatal), masa Neonatal (0 – 28 hari), masa Bayi (<>

Umur

Kemampuan perkembangan

0-1 bulan

Menatap ke ibu, mengeluarkan suara, tersenyum, dll

1-3 bulan

Mengangkat kepala tegak ketika tengkurap, tertawa, mengamati tangannya, dll

3-6 bulan

Meniru bunyi, meraih benda, tengkurap sendiri, dll

6-9 bulan

Duduk sendiri,mengucapkan ma..ma..ma, da..da….da…, pegang biskuit, dll

9-12 bulan

Bermain CI LUK BA, menjimpit benda kecil, berdiri dan berjalan berpegangan, dll

1-2 tahun

Menunjukkan dan menyebut nama bagian tubuh, naik tangga, corat-coret, dll

2-3 tahun

Berdiri di atas satu kaki tanpa berpegangan, bicara domengerti, makan sendiri, memeluk dan mencium orang yang terdekat, dll

3-5 tahun

Melompat-lompat,menggambar, cerita, pakai pakaian, dll












Masa balita (bayi di bawah lima tahun) dalam siklus kehidupan seorang tidak akan dating dua kali. Masa itu adalah periode paling kritis dalam meningkatkan kecerdasan, emosi sosial dan spiritual anak dikemudian hari. Menyadari pentingnya masa balita itu, tidak mengherankan periode itu disetka masa emas.

Periode lima tahun pertama kehidupan anak, dipandang penting karena otak manusia pada saat dilahirkan pada dasarnya kurang lebih sama. namun pada lima tahun pertama proses tumbuh kembang seorang bayi berbeda, tergantung asupan dan rangsangan yang diterima, makin cepat perkembangan sel-sel otak balita. Makin banyak aotak digunakan makin banyak jaringan otak terbentuk.

Potensi kecerdasan anak sudah terbentuk sebesar 50% pada usia 4 tahun, dan mencapai 80% ketika anak mencapai usia 8 tahun. Setelah umur 8 tahun, tanpa melihat bentuk pendidikan dan lingkungan yang diperoleh, kemampuan kecerdasan hanya dapat diubah sebanyak 20%.

Disinilah pentingnya perawatan dan pengasuhan balita. Jika berhasil merawat dan mengasuh anak sast balita denagn baik, kemungkinan besar kelak anak akan bertunbuh dan kerkembang baik dalam hal kecerdasan, emosi atau mental, sosial, dan spiritual.

ASI Eksklusif

ASI (Air Susu Ibu) ekslusif adalah susu jolong yang diberikan sedini mungkin (sekitar 30 menit) setelah persalinan. ASI diberikan pada jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan pendamping ASI sampai berumur 2 tahun.

Pemberian ASI setelah persalinan bukan hanya sekedar memberi nutrisi kepada bayi, tetapi sekaligus memberi imunisasi pasif. ASI pada awalnya berperan sebagai pencahan dan penghangat. Pada stadium ASI peralihan dan matur, ASI merupakan nutrisi dan faktor pertumbuhan .Setiap stadium ASI mempunyai peran yang sangat berbeda baik sebagai nutrisi, pelindung, pembersih, penghangat, dan sebagai fakror pertumbuhan. Nutrisi dalan ASI tidak dapat digantikan oleh makanan lain apapun di dunia.

Pada usia bayi 0-1 tahun, ASI merupakan makanan yang terpenting bagi perkembangan otak ASI merupakan sumber taurin dan folasin, asam linoleat (asam lemak rantai panjang). Dan laktosa yang hanya sedikit sekali ada dalam susu sapi. Semua unsure nutrisi ini merupakan bahan penting dalam pertumbuhab syaraf otak. Jaringan otak bayi yang mendapatka ASI eksklusif akan tumbuh optimal dan terbebas dari rangsangan kejang sehingga menjadi anak lebih cerdas dan terhindar dari kerusakan sel-sel syaraf otak.

Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif memiliki system peredaran darah yang lebih baik sehingga kemungkinan kecil untuk terserang arteriosklerosi atau penyakit jantung, dapat terlindung dari berbagai penyakit yang disebabkan oleh kuman, bakteri, virus, maupun alergi dan akan memiliki kornea mata yang lebih sehat.

Semakin banyak bayi mendapat ASI, maka dalam perkembangan kelak, anak lebih sehat, lebih cerdas, lebih stabil emosinya, lebih peka sikap social dan lebih kust sifat spiritualnya.
Waktu dan Cara Menyusui Yang Benar Waktu Menyusui Bayi. Menyusui bayi tidak perlu dijadwal. Bila bayi membutuhkan atau menangis ibu harus segera memberikan ASI. Bila puas menyusu, Bayi akan tertidur pulas.

Cara Menyusui Bayi yang Baik dan Benar:

  1. Cuci tangan dengan bersih terlebih dahulu sebelum menyusui bayi

  2. Susui bayi segera setelah lahir atau selambat-lambatnya 30 menit setelah bayi lahir

  3. Sentuhkan puting susu pada bibir atau pipi bayi untuk merangsang mulut bayi terbuka.

  4. Setelah mulut bayi terbuka, segera masukan puting dengan sebagian besar lingkaran hitam di sekitar putting (areola) ke mulut bayi

  5. Ibu herus menyusui bergantian si antara dua payudara. Namun, satu payudara harus disusukan sampai dianggap habis ASI-nya, kemudian ganti dengan payudara yang lain.

  6. Bila payudara pertama masih ada ASI-nya, hendaknya dikeluarkan dengan memijit payudara ke arah putting susu sampai payudara tidak mengeluarkan ASI lagi.

    Hal ini akan memperlancar pengeluaran ASI berikutnya dan pengeluaran berikutnya akan lebih banyak. Demikian halnya pada payudara kedua .Bila terdapat sisa sedikit harus segera dikeluarkan lebih dulu, tetapi bila masih banyak biarkan saja dan untuk menyusui berikutnya pada payudara yang mengandung sisa ASI sebelumnya.

    Bagi ibu yang tidak bisa mendampingi bayinya karena sesuatu sebab (bekerja atau ke luar rumah), disarankan ASI dikeluarkan dan ditampung di dalam botol dan ditutup rapat, kemudian simpan di dalam kulkas. Untukmemberikannya pada bayi, gunakan sendok bukan botol dot. Hal ini agar tidak bingung antara puting susu dan dot.

Posisi Menyusui Bayi

Posisi saat menyusui sangat berpengaruh pada hubungan emosi antara ibu dan bayi. Bayi yang disusui dengan cara yang baik dan benar, akan merasa nyaman, terayomi dan terlindungi. Untuk itu, perlu memperhatikan posisi menyusui sebagai berikut :

Bayi harus dapat memasukan seluruh putting susu sampai daerah areola mamae ke dalam mulutnya sehingga bayi dapat menggunakanrahang untuk menekan daerah di belakang putting susu. Daerah ini merupakan kentong penyimpanan ASI.

Ibu dapat mengambil posisi duduk. Punggung ibu bersandar, kaki dapat diangkat dan diluruskan ke depan sejajar dengan bokong,atau ke bawah, tetapi harus diberi penyangga (jangan menggantung).Bayi tidur di pangkuan ibu dengan dialasi bantal sehingga posisi perut ibu bersentuhan /berhadapan dengan perut bayi.leher bayi harus dalam posisi tidak terpelintir.sebaiknya ibu berhati-hati karena pada saat menyusui ,bayi tidak dalam keadaan terlentang atau dibedong.

Bila mengambil posisi telungkup,bayi ditidurkan di meja beralas dengan kepala bayi mengarah ke payudara ibu. Posisi ini akan menguntungkan bagi bayi kembar karena kedua bayi memperoleh kesempatan yang sama tanpa harus dibedakan.

Kartu Menuju Sehat (KMS)

KMS adalah kartu pedoman ibu untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan Balita secara menyeluruh, baik kesehatan maupun pertumbuhan fisiknya termasuk mamantau pemberian imunisasi.

Dengan KMS, ibu dapat mengetahui perkembangan yang harus dicapai oleh Balita ibu, mulai dari gerakan kasar, gerakan halus, pengamatan, bicara aktif sampai sosialisasi sesuai perkembangan usianya. Melalui KMS juga ibu dapat memantau pertumbuhan fisik Balita ibu terutama berat badannya.

Berat badan terkait dengan tingkat kesehatan Balita ibu. Dengan KMS, ibu dapat mengetahui pertumbuhan berat badan ideal yang harus dicapai oleh Balita ibu sesuai dengan perkembangan usianya.

Melalui KSM, ibu dapat mengetahui kelompok bahan makanan sesuai gizi seimbang dan pedoman pemberian makanan yang sehat untuk Balita ibu, sehingga diharapkan balita ibu akan bertumbuh dan berkembang.

Mengingat pentingnya informasi yang ada dalam KMS, sebaiknya setiap ibu yang mempunyai balita memiliki KMS. KMS harus dibawa ketika memeriksakan balita di posyandu, puskesmas atau tempat pelayanan kesehatan lainnya.


Panduan Pemberian Makanan Sehat untuk Bayi

Usia Balita 0-6 bulan

Pada usia ini, Balita hanya diberikan ASI eksklusif, yaitu susu jolong (colostrums) yang diberikan sedini mungkin (sekitar 30 menit) setelah persalinan. ASI diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan.

Usia Balita 6-8 bulan

Setelah melewati usia 6 bulan ,maka bayi dapat diberikan makanan tambahan yang lumat seperti bubur tepung kacang ijo, bubur berasmerah, susu,biscuit dicampur susu, buah-buahan matang yang mudah dilumat seperti pisang, alpukat, pepaya dan sebagainya. namun ASI harus tetap diberikan.

Usia Balita 8-12 bulan

Ketika balita berusia 8-12 bulan, dapat diberikan makanan lembek seperti bubur nasi, nasi tim, buah buahan matang yang mudah dilumat seperti pisang, alpukat, pepaya dan sebagainya. seperti pada usia-usia sebelumnya, ASI harus tetap diberikan.


Perkembangan Fisik dan Otak Anak

Usia 0-3 bulan

Gerakan kasar:Mampu memutar kepala,dapat meluruskankepala walaupun dengan agak susah payah. Gerakan halus:Mampu menarik-narik pakaian atau selimut.
Pengamatan : Mampu mengamati alat permainan misalnya kelontang.

Usia 9-12 bulan

Gerakan kasar:Mampu berdiri sendiri dan berjalan sambil berpegangan.
Gerakan halus :Mampu mengambil benda kecil dengan ujung ibu jari dan telunjuk.
Pengamatan :Mampu menunjuk roda mobil –mobilan (anak laki-laki ) dan mata boneka (anak perempuan). Bicara Aktif :Mampu mengucapkan satu kata atau lebih dan tahu artinya. Sosialisasi :Manpu memberikan mainan pada ibu atau Bapak

Usia 12-18 bulan

Gerakan kasar:Mampu berlari tanpa jatuh. Gerakan halus:Mampu menyusun tiga balok mainan. Pengamatan :Mampu menutup gelas. Bicara aktif :Mampu mengucapkan sepuluh kata atau lebih dan tahu artinya. Sosialisasi :Mampu menyebutkan namanya bila di tanya.

Pada kenyataannya seringkali kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang tidak didapatkan anak dengan baik dan benar. Beberapa contoh adalah:

  1. Asuh, misalnya ketiadaan pemberian Air Susu Ibu (ASI) dengan pengganti ASI saja (meskipun belakangan ini ada susu-susu formula yang diupayakan mendekati kualitas ASI, yaitu dengan kandungan lizozim laktoferin dan laktosa), dan ketidaktahuan sehingga terjadi penelantaran anak.

  2. Asih, misalnya pada kehamilan tak diinginkan yang berkepanjangan, kasih sayang ibu yang tak benar (smother love versus mother love)

  3. Asah, misalnya dusta putih, suasana murung, sepinya komunikasi, pertengkaran, kekerasan dalam keluarga, disparitas gender, dan sebagainya


Thurbe dan Cursnann telah meneliti secara kohort selama 21 tahun terhadap 120 anak yang dilahirkan dari kehamilan yang tidak dikehendaki dibandingkan dengan 120 anak dengan keadaan setara namun lahir dari kehamilan yang diinginkan. Mereka menemukan bahwa kelompok anak yang tidak diinginkan menunjukkan perilaku asosial lebih banyak, lebih sering membutuhkan jasa dokter ahli jiwa serta kecerdasannya pun lebih rendah daripada kelompok anak yang lahir dari kehamilan yang diinginkan.

Dalam kaitan tercapainya keeratan ikatan ibu-anak, selain kontak kulit, visual dan emosi sesegera mungkin setelah anak lahir, banyak peneliti mengemukakan pula perlunya pemberian asah jauh sebelum anak dilahirkan, yaitu dengan memperdengarkan musik klasik serta berbicara dengan anak selama masih dalam kandungan. Pengasuhan anak oleh subtitusi ibu, baik yang paruh waktu (misalnya di tempat penitipan anak) maupun yang purna waktu (misalnya oleh pramusiwi) harus selalu memperhatikan hal-hal tersebut di atas, yaitu pada dasarnya agar asuh, asih, asah didapatkan anak dengan baik dan benar (Sunarwati, 2007).
Oleh karena itu, dalam pengasuhan anak ada empat hal yang harus dipenuhi, yaitu bahwa setiap anak membutuhkan orang tua, dan tumbuh secara alamiah dengan saudara kandung yang dimilikinya, di dalam rumah mereka sendiri dan di dalam lingkungan yang mendukungnya.

Diharapkan bahwa pengasuhan anak ini akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pounds, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan (Soethiningsih, 1995)

Menurut teori perkembangan psikososial Erikson ada empat tingkat perkembangan anak yaitu :

  1. Usia anak 0 - 1 tahun yaitu trust versus mistrust. Pengasuhan dengan kasih sayang yang tulus dalam pemenuhan kebutuhan dasar bayi menimbulkan "trust" pada bayi terhadap lingkungannya. Apabila sebaliknya akan menimbulkan "mistrust" yaitu kecemasan dan kecurigaan terhadap lingkungan.

  2. Usia 2 - 3 tahun, yaitu autonomy versus shame and doubt. Pengasuhan melalui dorongan untuk melakukan apa yang diinginkan anak, dan sesuai dengan waktu dan caranya sendiri dengan bimbingan orang tua atau pendidik yang bijaksana, maka anak akan mengembangkan kesadaran autonomy. Sebaliknya apabila pendidik tidak sabar, banyak melarang anak, akan menimbulkan sikap ragu-ragu pada anak. Hal ini dapat membuat anak merasa malu.

  3. Usia 4 - 5 tahun, yaitu inisiative versus guilt, yaitu pengasuhan dengan memberi dorongan untuk bereksperimen dengan bebas dalam lingkungannya. Pendidik dan orang tua tidak menjawab langsung pertanyaan anak, maka mendorong anak untuk berinisiatif sebaliknya, bila anak selalu dihalangi, pertanyaan anak disepelekan, maka anak akan selalu merasa bersalah.

  4. Usia 6 - 11 tahun, yaitu industry versus inferiority, bila anak dianggap sebagai "anak kecil" baik oleh orang tua, pendidik maupun lingkungannya, maka akan berkembang rasa rendah diri, dampaknya anak kurang suka melakukan tugas-tugas yang bersifat intelektual dan kurang percaya diri.


Teori lainnya yang berkaitan dengan perkembangan kognitif, yaitu Piaget menyebutkan bahwa ada tiga tahapan perkembangan kognitif anak, yaitu :

  1. Tahap sensorimotorik (usia 0 - 2 tahun). Pada tahap ini anak mendapatkan pengalaman dari tubuh dan indranya.

  2. Tahap praoperasional. Anak berusaha menguasai simbol-simbol (kata-kata) dan mampu mengungkapkan pengalamannya, meskipun tidak logis (pra-logis). Pada saat ini anak bersifat egosentris, yaitu melihat sesuatu dari dirinya (perception centration), dengan melihat sesuatu dari satu ciri, sedangkan ciri lainnya diabaikan.

  3. Tahap operasional kongkrit. Pada tahap ini anak memahami dan berpikir yang bersifat kongkret belum abstrak.

  4. Tahap operasional formal. Pada tahap ini anak mampu berpikir abstrak.
    Berkaitan dengan anak-anak, beberapa anak ditemukan memiliki kerentanan untuk menghadapi perubahan atau tekanan yang mereka hadapi.Akan tetapi, tidak jarang pula, orang tua atau pendidik mengeluhkan anak-anak memerlukan penyesuaian diri yang lama terhadap situasi baru, atau anak yang trauma dengan pengalaman negatif, seperti kehilangan sahabat, pindah rumah, nyaris tenggelam di kolam renang, atau menjadi korban bencana alam seperti gempa (Ilham, 2007).

Anak-anak, terutama balita, amat membutuhkan perhatian orangtuanya. Berikut ini panduan seni berbicara dengan bayi untuk mengembangkan kemampuan berbicaranya:



1. Memperkenalkan Nama Benda

Perkenalkan segala sesuatu di sekitar kita kepada bayi. Ini bisa dimulai dengan yang sederhana, seperti wajah kita. Yuk, ajak tangan bayi menjelajahi wajah kita. Sambil menyentuh setiap bagiannya, sebutkan mana mata, hidung, mulut, telinga, dan lain-lain. Lalu, lanjutkan dengan anggota tubuh. Lebih jauh lagi, perkenalkan bayi pada nama-nama benda di sekitarnya; bola, meja, kursi, kotak. Perkenalkan pula si kecil pada pohon, mobil, kucing, anjing, dan aneka obyek di luar rumah.

2. Menjadi Pendengar

Meski bayi belum mampu mengungkapkan keinginan atau gagasan lewat kata-kata yang jelas, sebaiknya mulailah ''mendengarkan'' setiap ia ''mengungkapkan'' sesuatu. Jadilah pendengar aktif. Usahakan mengira-ngira apa yang ingin bayi ungkapkan. Lalu, berikan respon. Misal, ''Oh, bagus sekali!'' atau ''Apa betul?'' Ajak pula bayi berdialog, meski ia hanya akan merespon dengan gumaman, gerakan, senyum atau bahasa tubuh lainnya.

3. Memperkenalkan Konsep

Segala sesuatu di sekitar bayi merupakan hal baru baginya. Nah, kewajiban kitalah mengenalkannya kepada bayi melalui berbagai konsep, eperti konsep panas-dingin, naik-turun, masuk-keluar, kosong-penuh, berdiri-duduk, basah-kering serta besar-kecil. Pengenalan konsep dasar ini bisa dilakukan sesederhana mungkin. Dan, bisa didapat dari peristiwa sehari-hari di sekitar bayi. Misal, saat menggantikan popok, kita bisa memberitahukan padanya, ''Popokmu basah kena pipis. Nah, sekarang Mama ganti dengan popok yang kering.''

4. Menjelaskan Sebab-Akibat

Konsep sebab-akibat juga perlu diperkenalkan, mengingat bayi sedang giat mempelajari segala sesuatu. Kita bisa mulai dengan menjelaskan berbagai fungsi dan sebab-akibat bekerjanya benda di rumah. Misal, tombol lampu. ''Kalau tombol ini Mama tekan ke atas, lampu akan menyala dan ruangan jadi terang. Tetapi kalau ditekan ke bawah, lampu padam dan ruangan jadi elap.'' Tentu saja tak cuma benda mati. Sebab-akibat pada perasaan orang juga bisa diperkenalkan. Contoh, ''Mama sedih kalau kamu nggak mau makan''. Ini akan mengasah kepekaan bayi.

5. Memperkenalkan Warna

Warna-warni bisa ditunjukkan sambil memperkenalkan benda dan segala sesuatu di sekitar bayi. Misal, ''Itu balon, Nak. Warnanya merah, seperti bajumu.''

6. Mengulangi Kata-Kata

Agar bayi mampu mengingat lebih tajam segala sesuatu yang diperkenalkan padanya, sebaiknya kata-kata yang diperkenalkan selalu diulang-ulang. Misal, ''Pintar, makannya sudah habis. Haaabiiis.''

7. Memperkenalkan Kata yang Benar

Hindari penggunaan kata-kata yang dipermudah atau dicadel-cadelkan, seperti ''mamam'' untuk makan, ''mimik'' untuk minum, atau lainnya. Gunakan kata-kata yang benar. Karena, ini membantu bayi memahami konsep dengan benar.

8. Perkenalkan Kata Ganti

Walau bayi belum bisa menggunakan kata ganti, tak ada salahnya mulai memperkenalkannya. Beritahu pula konsep kepemilikan. Misal, ''Ini kue untuk Adek, untuk kamu,'' atau ''Ini punya Mama, punya saya''.

9. Memacu Respons

Banyak cara memancing bayi agar merespons atau menjawab pertanyaan kita. Misal, memberi berbagai pilihan dan meminta bayi memilih salah satu, ''Mau pakai baju merah atau kuning?'' Atau, bisa juga meminta bayi menunjukkan atau mengambil benda yang kita tanyakan, ''Coba, yang mana boneka Laa Laa?''

10. Hindari Pemaksaan

Jika bayi cuma menjawab dengan ekspresi atau bahasa tubuh, bantulah dengan memberi pilihan. Misal, ''Ari mau pilih bola atau boneka?'' Kalau kata-katanya tetap tak keluar, komentari pilihannya, ''Oh, Ari pilih bola, ya?'' Hindari pemaksaan bila bayi tetap tak mau bicara. Bersabar dan teruslah berlatih.

11. Menyederhanakan

Arahan yang rumit bisa membingungkan bayi. Jadi, sampaikanlah arahan verbal satu per satu. Misal, ''Tolong ambilkan bola.'' Tunggu sampai bayi melakukannya, baru lanjutkan, ''Nah, sekarang berikan pada Mama.'' Beri pujian bila ''tugas'' itu dilakukan dengan baik, agar bayi tahu bahwa yang dilakukannya benar.

12. Hati-hati Memperbaiki

Kekeliruan berbahasa karena keterbatasan artikulasi bayi bisa mulai diperbaiki secara hati-hati. Ungkapan ''..bil!'' untuk ''mobil'', dapat langsung diperbaiki lewat jawaban ''Pintar, itu mobil''. Tak perlu mengulang-ulang kesalahan ucapan bayi. Sebetulnya ia sudah mengetahui ucapan yang seharusnya keluar.

13. Membaca Bersama

Perkenalkan bayi pada buku bacaan bergambar yang memiliki kalimat berirama dan sederhana seperti pantun. Ajaklah ia bersama-sama mengucapkan dan menunjukkan gambar-gambarnya. Misal ''Gajah bermain bola.'' Mintalah bayi menunjukkan mana gajah dan mana bola. Lakukanlah ini sesering mungkin. Lama-lama bayi akan akrab dengan kata-kata di buku tersebut dan tertarik untuk belajar lebih banyak lagi.

14. Mengenalkan Angka

Ini bukan pelajaran berhitung, melainkan sekedar mengenal angka satu dan lainnya sambil bermain. Misal, ''Adik boleh ambil satu kue. Saa-tuu...'' (sambil memperlihatkan jari kita menunjukkan ''satu''). Atau,
''Ambil mainan, yang baaa-nyaak.'' Menghafal angka juga sudah bisa dilakukan. Sambil naik tangga atau memasukkan mainan ke dalam boks, kita membilang, ''Satu, dua, tiga...''

15. Menyanyi

Menyanyi adalah cara mudah ''merekamkan'' beragam kosakata di benak bayi. Kelak, begitu mendengar potongan melodi dan irama lagu tersebut, rekaman itu akan keluar dengan sendirinya dari mulut bayi.



TERAPI BERMAIN

Aktifitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak secara optimal. Bermain merupakan cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dari dirinya. Bermain tidak sekedar mengisi waktu,tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih, dan lain sebagainya. Anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mental dan perkembangan emosinya.

Bermain dapat mengungkapkan bahasa dan keinginan dalam mengungkapkan konflik dari anak yang tidak disasarinya serta dialami dengan kesenangan yang diekspresikan melalui psikososio yang berhubungan dengan lingkungan tanpa memperhitungkan hasil akhirnya.

Dalam kondisi sakit atau sehat anak dirawat di Rumah Sakit, aktivitas bermain ini tetap perlu dilaksanakan, namun harus sesuai dengan kondisi anak.Oleh karena itu kelompok mengambil terapi bermain di ruang perawatan anak RSUD Dr Soedarso Pontianak, karena kelompok kami ingin memberikan waktu bermain pada anak meskipun keadaan anak itu sakit, akan tetapi kita tidak lepas juga melihat kondisi pasien yaitu yang sudah dinyatakan oleh dokter perawatan minimal (minimal care) sehingga bisa membuat anak senang.

Aktifitas bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan bagi anak. Dengan aktifitas bermain anak juga akan memperoleh stimulasi mental yang merupakan cikal bakal dari proses belajar pada anak untuk pengembangan, kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreatifitas, agama, kepribadian, moral, etika dan sebagainya.

Bermain secara garis besar dapat dibagi kedalam dua kategori yaitu : aktif dan pasif (hiburan). Bermain harus seimbang artinya : harus ada keseimbangan antara bermain aktif dan yang pasif yang biasa disebut hiburan. Adapun bermain aktif kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat mereka sendiri sedangkan bermain pasif kesenangan didapat dari orang lain.

  1. Bermain Aktif

a. Bermain mengamati/menyelidiki

Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut. Anak memperhatikan alat, mengocok-ngocok apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha membongkar.

b. Bermain Konstruksi

Pada anak umur 3 tahun misalnya dengan menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan.

c. Bermain Drama

Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan saudara-saudaranya atau teman-temannya.

d. Bermain bola, tali dan sebagainya.

2. Bermain Pasif

Dalam hal ini anak berperan pasif antara lain dengan melihat dan mendengar bermain pasif adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya.

Pada anak terdapat tingkat perkembangan motorik dan sensorik anak sesuai dengan usianya adalah :

1. Umur 0 – 1 bulan

a. Motorik :

1). Mengangkat kepala dibantu.

2). Ditengkurapkan kepala menoleh kanan – kiri.

3). Reflek primitif; sucking, rooting, morrow, menelan dan menggengam.

b. Sensorik :

  1. Mengikuti sinar ketengah.

  2. Mengikuti obyek dengan matanya.

  3. Melihat muka orang dan tersenyum.

  4. Bereaksi terhadap suara/bunyi.

2. Umur 2 – 3 bulan

a. Motorik :

1). Dada ditahan dengan tangan angkat kepala.

2). Memasukkan tangan kemulut.

3). Meraih benda menarik.

4). Dapat didudukkan dengan punggung disokong.

5). Mulai bermain dengan jari dan tangannya.

b. Sensorik :

1). Dapat mengikuti sinar ketepi.

2). Koordinasi vertikal – horizontal.

3). Mendengarkan suara.

3. Umur 4 – 5 bulan

a. Motorik :

1). Bila didudukkan kepala sudah mulai seimbang dan punggung sudah kuat.

2). Bila ditengkurapkan sudah bisa miring,kepala sudah bisa tegak lurus.

3). Refleks primitif mulai hilang.

4). Meraih benda dengan tangan.

b. Sensorik :

1). Sudah mengenal orang.

2). Akomodasi mata positif.

4. Umur 6 – 7 bulan

a. Motorik :

1). Membalikkan badan.

2). Memindahkan benda dari tangan satu ketangan lain.

3). Mengambil mainan dengan tangan.

4). Senang memasukkan kaki & mulut.

5). Sudah mulai memasukkan makanan kemulut.

b. Sensorik :

1). Sudah dapat membedakan orang yang dikenal / tidak dikenal.

2). Dapat menyebut m.....m....m.....m...........

3). Dapat menangis & cepat tertawa.

5. Umur 8 – 9 bulan

a. Motorik :

1). Sudah bisa duduk sendiri.

2). Koordinasi tangan kemulut lebih sering.

3). Bayi mulai tengkurap sendiri & belajar merangkak.

b. Sensorik :

1). Bayi tertarik dengan benda yang kecil.

6. Umur 10 – 12 bulan

a. Motorik :

1). Sudah mulai berdiri tapi tidak lama.

2). Belajar berjalan tanpa bantu.

3). Sudah bisa berdiri & duduk sendiri.

4). Bisa bermain ci........luk.......ba..........

5). Mulai senang mencoret kertas.

b. Sensorik :

1). Sudah dapat membedakan bentuk.

7. Umur 15 bulan – 1 tahun

a. Motorik kasar :

1). Sudah bisa jalan sendiri.

b. Motorik halus :

1). Memegang cangkir.

2). Memasukkan jari kelubang.

3). Membuka kotak.

4). Melempar kotak atau benda



Untuk membantu perkembangannya, Anda dapat:

* Sering bernyanyi untuknya.
* Mainkan musik, untuk mengembangkan kecintaannya pada musik.
* Bicaralah dengannya, walaupun si kecil belum mengerti apa yang Anda bicarakan, tapi ini membuat si kecil merasa menyenangkan.
* Membaca untuknya, untuk meningkatkan kemampuan dan pemahamannya terhadap suara dan bahasa.
* Sisihkan waktu untuk memeluk dan mengendongnya, karena si kecil akan merasa diperhatikan dan aman.
* Berikan cinta dan perhatian yang lebih kepadanya.

Tanda-tanda waspada adanya keterlambatan perkembangan menurut AAP (The American Academy of Pediatrics):

* Tidak berkedip saat matanya disinari cahaya.
* Tidak dapat memusatkan pandangan dan mengikuti benda yang kita gerakkan.
* Minum susu sedikit sekali dan lemah dalam menyedot.
* Jarang menggerakan lengan dan tungkai, kadang kelihatan kaku.
* Tidak bereaksi terhadap suara yang keras.
* Rahang bawah terus bergetar, walaupun si kecil sedang tidak menangis atau sedang bermain gembira.
* Belum dapat merangkak walau usianya sudah 12 bulan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar