Selasa, 28 Juli 2009
Minggu, 05 Juli 2009
temper trantum
Tantrum biasanya terjadi pada anak yang aktif dengan energi berlimpah. Tantrum juga lebih mudah terjadi pada anak-anak yang dianggap "sulit", dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a) Memiliki kebiasaan tidur, makan dan buang air besar tidak teratur.
b) Sulit menyukai situasi, makanan dan orang-orang baru.
c) Lambat beradaptasi terhadap perubahan.
d) Moodnya (suasana hati) lebih sering negatif.
e) Mudah terprovokasi, gampang merasa marahataukesal.
f) Sulit dialihkan perhatiannya.
Tantrum termanifestasi dalam berbagai perilaku. Di bawah ini adalah beberapa contoh perilaku tantrum, menurut tingkatan usia:
1. Di bawah usia 3 tahun:
a) Menangis
b) Menggigit
c) Memukul
d) Menendang
e) Menjerit
f) Memekik-mekik
g) Melengkungkan punggung
h) Melempar badan ke lantai
i) Memukul-mukulkan tangan
j) Menahan nafas
k) Membentur-benturkan kepala
l) Melempar-lempar barang
2. Usia 3 - 4 tahun:
a) Perilaku-perilaku tersebut diatas
b) Menghentak-hentakan kaki
c) Berteriak-teriak
d) Meninju
e) Membanting pintu
f) Mengkritik
g) Merengek
3. Usia 5 tahun ke atas
a) Perilaku- perilaku tersebut pada 2 (dua) kategori usia di atas
b) Memaki
c) Menyumpah
d) Memukul kakakatauadik atau temannya
e) Mengkritik diri sendiri
f) Memecahkan barang dengan sengaja
g) Mengancam
Pemicu tantrum
a) Frustasi, belum bisa melakukan suatu hal seperti mencoba memakai kaus kakinya atau tidak dapat membuat orang lain mengerti apa yang diinginkannya.
b) Keinginan untuk tidak tergantung pada orang lain, hal-hal mudah seperti mendudukkan anak anda ke kursi mobil dapat terlihat seperti tindakan sengaja untuk menghalanginya untuk tidak tergantung pada orang lain.
c) Lapar dan atau lelah, anak anda lebih bertingkah buruk pada saat dia lapar atau lelah.
d) Tidak mendapatkan apa yang ia inginkan, contohnya, anda menolak memberikannya es krim atau ada anak lain yang tidak mau berbagi mainan atau ayunan.
e) Minta perhatian, anak kecil senang menjadi pusat perhatian, maka jika anda memberikan perhatian yang besar untuknya pada tantrum sebelumnya, besar kemungkinan anak anda akan melakukannya lagi.
f) Meluap-luap, ada hari-hari di mana anak anda bisa menjadi sangat perasa oleh perasaan marahnya dan hasilnya, tantrum menjadi hal yang tak dapat dihindari.
Menghindari terjadinya tantrum.
a) Buat contoh yang baik. Jika anak anda melihat anda langsung marah pada hal-hal kecil yang menjengkelkan, akan lebih sulit bagi mereka untuk belajar mengontrol perasaan mereka sendiri.
b) Berikan sedikit pujian. Dorong mereka untuk berkelakuan baik dengan memuji setiap kali mereka berkelakuan baik.
c) Cari tanda-tandanya. Banyak anak-anak yang memberikan beberapa pertanda mereka mulai rewel, jadi bersiap dirilah dan alihkan perhatian mereka ke hal lain.
d) Tawarkan batasan dan pilihan. Anak-anak akan merasa jengkel jika merasa mereka tidak bisa mengatakan sesuatu atau membuat keputusan, maka berikan pilihan kepada mereka jika memungkinkan.
Faktor Penyebab
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tantrum. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Terhalangnya keinginan anak mendapatkan sesuatu
Setelah tidak berhasil meminta sesuatu dan tetap menginginkannya, anak mungkin saja memakai cara tantrum untuk menekan orangtua agar mendapatkan yang ia inginkan, seperti pada contoh kasus di awal.
2. Ketidakmampuan anak mengungkapkan diri
Anak-anak punya keterbatasan bahasa, ada saatnya ia ingin mengungkapkan sesuatu tapi tidak bisa, dan orangtuapun tidak bisa mengerti apa yang diinginkan. Kondisi ini dapat memicu anak menjadi frustrasi dan terungkap dalam bentuk tantrum.
3. Tidak terpenuhinya kebutuhan
Anak yang aktif membutuh ruang dan waktu yang cukup untuk selalu bergerak dan tidak bisa diam dalam waktu yang lama. Kalau suatu saat anak tersebut harus menempuh perjalanan panjang dengan mobil (dan berarti untuk waktu yang lama dia tidak bisa bergerak bebas), dia akan merasa stres. Salah satu kemungkinan cara pelepasan stresnya adalah tantrum. Contoh lain: anak butuh kesempatan untuk mencoba kemampuan baru yang dimilikinya. Misalnya anak umur 3 tahun yang ingin mencoba makan sendiri, atau umur anak 4 tahun ingin mengambilkan minum yang memakai wadah gelas kaca, tapi tidak diperbolehkan oleh orangtua atau pengasuh. Maka untuk melampiaskan rasa marah atau kesal karena tidak diperbolehkan, ia memakai cara tantrum agar diperbolehkan.
4. Pola asuh orangtua
Cara orangtua mengasuh anak juga berperan untuk menyebabkan tantrum. Anak yang terlalu dimanjakan dan selalu mendapatkan apa yang diinginkan, bisa tantrum ketika suatu kali permintaannya ditolak. Bagi anak yang terlalu dilindungi dan didominasi oleh orangtuanya, sekali waktu anak bisa jadi bereaksi menentang dominasi orangtua dengan perilaku tantrum. Orangtua yang mengasuh secara tidak konsisten juga bisa menyebabkan anak tantrum. Misalnya, orangtua yang tidak punya pola jelas kapan ingin melarang kapan ingin mengizinkan anak berbuat sesuatu dan orangtua yang seringkali mengancam untuk menghukum tapi tidak pernah menghukum. Anak akan dibingungkan oleh orangtua dan menjadi tantrum ketika orangtua benar-benar menghukum. Atau pada ayah-ibu yang tidak sependapat satu sama lain, yang satu memperbolehkan anak, yang lain melarang. Anak bisa jadi akan tantrum agar mendapatkan keinginannya dan persetujuan dari kedua orangtua.
5. Anak merasa lelah, lapar, atau dalam keadaan sakit
6. Anak sedang stres (akibat tugas sekolah, dll) dan karena merasa tidak aman (insecure)
Tindakan
Dalam buku Tantrums Secret to Calming the Storm (La Forge: 1996) banyak ahli perkembangan anak menilai bahwa tantrum adalah suatu perilaku yang masih tergolong normal yang merupakan bagian dari proses perkembangan, suatu periode dalam perkembangan fisik, kognitif dan emosi anak. Sebagai bagian dari proses perkembangan, episode tantrum pasti berakhir. Beberapa hal positif yang bisa dilihat dari perilaku tantrum adalah bahwa dengan tantrum anak ingin menunjukkan independensinya, mengekpresikan individualitasnya, mengemukakan pendapatnya, mengeluarkan rasa marah dan frustrasi dan membuat orang dewasa mengerti kalau mereka bingung, lelah atau sakit. Namun demikian bukan berarti bahwa tantrum sebaiknya harus dipuji dan disemangati (encourage).
Jika orangtua membiarkan tantrum berkuasa (dengan memperbolehkan anak mendapatkan yang diinginkannya setelah ia tantrum, seperti ilustrasi di atas) atau bereaksi dengan hukuman-hukuman yang keras dan paksaan-paksaan, maka berarti orangtua sudah menyemangati dan memberi contoh pada anak untuk bertindak kasar dan agresif (padahal sebenarnya tentu orangtua tidak setuju dan tidak menginginkan hal tersebut). Dengan bertindak keliru dalam menyikapi tantrum, orangtua juga menjadi kehilangan satu kesempatan baik untuk mengajarkan anak tentang bagaimana caranya bereaksi terhadap emosi-emosi yang normal (marah, frustrasi, takut, jengkel, dll) secara wajar dan bagaimana bertindak dengan cara yang tepat sehingga tidak menyakiti diri sendiri dan orang lain ketika sedang merasakan emosi tersebut.
- Tetap tenang.
- Alihkan perhatian anak anda, kadang mengalihkan perhatian anak anda bisa berhasil sebelum ia mulai tantrum.
- Abaikan tingkah lakunya, kadang pergi menjauh dan berpura-pura tidak melihat anak anda tantrum bisa membuatnya tenang (namun cara ini tidak berhasil jika tantrum sedang tinggi-tingginya).
- Peluk anak anda dan berbicara padanya dengan tenang, walaupun kadang-kadang cara ini malah membuat segalanya menjadi lebih buruk.
- Berhenti dulu. Jika anda merasa mulai kehilangan kesabaran, taruh anak anda di suatu tempat yang aman dimana anda bisa meninggalkannya, meskipun cara ini sebaiknya hanya dengan anak yang berusia di atas 18 bulan dan tidak lebih dari 2 menit.
Setelah tantrum mereda, jangan membicarakannya. Gendong anak anda dan hibur dia.
Pencegahan
Langkah pertama untuk mencegah terjadinya tantrum adalah dengan mengenali kebiasaan-kebiasaan anak, dan mengetahui secara pasti pada kondisi-kondisi seperti apa muncul tantrum pada si anak. Misalnya, kalau orangtua tahu bahwa anaknya merupakan anak yang aktif bergerak dan gampang stres jika terlalu lama diam dalam mobil di perjalanan yang cukup panjang. Maka supaya ia tidak tantrum, orangtua perlu mengatur agar selama perjalanan diusahakan sering-sering beristirahat di jalan, untuk memberikan waktu bagi anak berlari-lari di luar mobil.
Tantrum juga dapat dipicu karena stres akibat tugas-tugas sekolah yang harus dikerjakan anak. Dalam hal ini mendampingi anak pada saat ia mengerjakan tugas-tugas dari sekolah (bukan membuatkan tugas-tugasnya lho!!!) dan mengajarkan hal-hal yang dianggap sulit, akan membantu mengurangi stres pada anak karena beban sekolah tersebut. Mendampingi anak bahkan tidak terbatas pada tugas-tugas sekolah, tapi juga pada permainan-permainan, sebaiknya anak pun didampingi orangtua, sehingga ketika ia mengalami kesulitan orangtua dapat membantu dengan memberikan petunjuk.
Langkah kedua dalam mencegah tantrum adalah dengan melihat bagaimana cara orangtua mengasuh anaknya. Apakah anak terlalu dimanjakan? Apakah orangtua bertindak terlalu melindungi (over protective), dan terlalu suka melarang? Apakah kedua orangtua selalu seia-sekata dalam mengasuh anak? Apakah orangtua menunjukkan konsistensi dalam perkataan dan perbuatan?
Jika anda merasa terlalu memanjakan anak, terlalu melindungi dan seringkali melarang anak untuk melakukan aktivitas yang sebenarnya sangat dibutuhkan anak, jangan heran jika anak akan mudah tantrum jika kemauannya tidak dituruti. Konsistensi dan kesamaan persepsi dalam mengasuh anak juga sangat berperan. Jika ada ketidaksepakatan, orangtua sebaiknya jangan berdebat dan beragumentasi satu sama lain di depan anak, agar tidak menimbulkan kebingungan dan rasa tidak aman pada anak. Orangtua hendaknya menjaga agar anak selalu melihat bahwa orangtuanya selalu sepakat dan rukun.
Ketika Tantrum Terjadi
Jika tantrum tidak bisa dicegah dan tetap terjadi, maka beberapa tindakan yang sebaiknya dilakukan oleh orangtua adalah:
Memastikan segalanya aman. Jika tantrum terjadi di muka umum, pindahkan anak ke tempat yang aman untuknya melampiaskan emosi. Selama tantrum (di rumah maupun di luar rumah), jauhkan anak dari benda-benda, baik benda-benda yang membahayakan dirinya atau justru jika ia yang membahayakan keberadaan benda-benda tersebut. Atau jika selama tantrum anak jadi menyakiti teman maupun orangtuanya sendiri, jauhkan anak dari temannya tersebut dan jauhkan diri Anda dari si anak.
Orangtua harus tetap tenang, berusaha menjaga emosinya sendiri agar tetap tenang. Jaga emosi jangan sampai memukul dan berteriak-teriak marah pada anak.
Tidak memberi perhatian pada tantrum anak (ignore). Selama tantrum berlangsung, sebaiknya tidak membujuk-bujuk, tidak berargumen, tidak memberikan nasihat-nasihat moral agar anak menghentikan tantrumnya, karena anak toh tidak akan menanggapiataumendengarkan. Usaha menghentikan tantrum seperti itu malah biasanya seperti menyiram bensin dalam api, anak akan semakin lama tantrumnya dan meningkat intensitasnya. Yang terbaik adalah membiarkannya. Tantrum justru lebih cepat berakhir jika orangtua tidak berusaha menghentikannnya dengan bujuk rayu atau paksaan.
Jika perilaku tantrum dari menit ke menit malahan bertambah buruk dan tidak selesai-selesai, selama anak tidak memukul-mukul Anda, peluk anak dengan rasa cinta. Tapi jika rasanya tidak bisa memeluk anak dengan cinta (karena Anda sendiri rasanya malu dan jengkel dengan kelakuan anak), minimal Anda duduk atau berdiri berada dekat dengannya. Selama melakukan hal inipun tidak perlu sambil menasihati atau complaint (dengan berkata: "kamu kok begitu sih nak, bikin mama-papa sedih"; "kamu kan sudah besar, jangan seperti anak kecil lagi dong"), kalau ingin mengatakan sesuatu, cukup misalnya dengan mengatakan "mamaataupapa sayang kamu", "mama ada di sini sampai kamu selesai". Yang penting di sini adalah memastikan bahwa anak merasa aman dan tahu bahwa orangtuanya ada dan tidak menolak (abandon) dia.
Ketika Tantrum Telah Berlalu
Saat tantrum anak sudah berhenti, seberapapun parahnya ledakan emosi yang telah terjadi tersebut, janganlah diikuti dengan hukuman, nasihat-nasihat, teguran, maupun sindiran. Juga jangan diberikan hadiah apapun, dan anak tetap tidak boleh mendapatkan apa yang diinginkan (jika tantrum terjadi karena menginginkan sesuatu). Dengan tetap tidak memberikan apa yang diinginkan si anak, orangtua akan terlihat konsisten dan anak akan belajar bahwa ia tidak bisa memanipulasi orangtuanya.
Berikanlah rasa cinta dan rasa aman Anda kepada anak. Ajak anak, membaca buku atau bermain sepeda bersama. Tunjukkan kepada anak, sekalipun ia telah berbuat salah, sebagai orangtua Anda tetap mengasihinya.
Setelah tantrum berakhir, orangtua perlu mengevaluasi mengapa sampai terjadi tantrum. Apakah benar-benar anak yang berbuat salah atau orangtua yang salah merespon perbuatanataukeinginan anak? Atau karena anak merasa lelah, frustrasi, lapar, atau sakit? Berpikir ulang ini perlu, agar orangtua bisa mencegah tantrum berikutnya.
Jika anak yang dianggap salah, orangtua perlu berpikir untuk mengajarkan kepada anak nilai-nilai atau cara-cara baru agar anak tidak mengulangi kesalahannya. Kalau memang ingin mengajar dan memberi nasihat, jangan dilakukan setelah tantrum berakhir, tapi lakukanlah ketika keadaan sedang tenang dan nyaman bagi orangtua dan anak. Waktu yang tenang dan nyaman adalah ketika tantrum belum dimulai, bahkan ketika tidak ada tanda-tanda akan terjadi tantrum. Saat orangtua dan anak sedang gembira, tidak merasa frustrasi, lelah dan lapar merupakan saat yang ideal.
Dari uraian diatas dapat terlihat bahwa kalau orangtua memiliki anak yang "sulit" dan mudah menjadi tantrum, tentu tidak adil jika dikatakan sepenuhnya kesalahan orangtua. Namun harus diakui bahwa orangtualah yang punya peranan untuk membimbing anak dalam mengatur emosinya dan mempermudah kehidupan anak agar tantrum tidak terus-menerus meletup. Beberapa saran diatas mungkin dapat berguna bagi anda terutama bagi para ibu atau ayah muda yang belum memiliki pengalaman mengasuh anak. Selamat membaca, semoga bermanfaat.
Tantrum di tempat umum
Tantrum yang paling buruk dan sangat memalukan adalah tantrum yang terjadi di tempat umum, biasanya di supermarket. Jika anda melihat anak anda tidak menyukai belanja, cobalah untuk mengatur kegiatan ini tanpa mengekang anak anda. Jika tidak dapat dihindari, cobalah untuk membuat anda berdua menjadi lebih mudah dengan memikirkan hal di bawah ini:
a) Lakukan kegiatan belanja secepat mungkin, buat daftar belanja anda dan tetaplah pada daftar itu.
b) Gunakan pengalih perhatian, bawakan mainan untuk anak anda bermain atau buku untuk dia melihat-lihat. Membawakan minuman dan makanan kecil juga bisa membantu.
c) Biarkan anak anda membantu, mintalah anak anda untuk mengambilkan sereal, kantung teh atau barang-barang lain yang ringan dan tidak bisa pecah. Biarkan ia meletakkan barang-barang itu ke dalam troli atau juga mengeluarkannya.
d) Jika tantrumnya semakin menjadi-jadi, tetaplah tenang. Berbicaralah dengan tenang pada anak anda, jelaskan bahwa tingkah lakunya tidak bisa diterima. Anda mungkin harus meninggalkan tempat belanja dan kembali lagi kemudian, walaupun ini berarti anda harus meninggalkan barang belanjaan anda.
keselamtan kerja
Keterampilan dan Keselamatan kerja
Keterampilan kerja meliputi pengetahuantentang cara kerja dan prakteknya serta pengenalan aspek-aspek kerja secara terperinci sampai kepada hal-hal yang kecil termasuk keselamatannya. Tingkat keterampilan kerja yang tinggi berkaitan dengan tingkat praktek keselamatan yang diharapkab dan mengecilnya kemungkinan terjadi kecelakaan. Sebaliknya kecelakaan-kecelakaan mudah sekali terjadi kepada tenaga kerja yang tidak terampil
Keterampilan dan keselamatan adalah proses belajar. Keduanya berkembang sejalan dengan meningkatkan keterampilan atas pengalaman kerja bahaya-bahaya kecelakaan mendapatkan perhatian dari tenaga kerja yang bersangkutan. Keterampilan yang tinggi adalah cermin koordinasi yang efisien di antara pikiran, fungsi alat indera dan otot-otot tubuh. Efisiensi fungsi otot-otot tubuh seperti serasi dengan usaha keselamatan kerja.
Pengenalan terhadap pekerjaan dan bahaya-bahaya kecelakaan jauh dari cukup bagi keselamatan kerja, oleh karena pengenalan bersifat pasif dan tidak bersatu dengan proses belajar dalam praktek. Maka dari itu, usaha-usaha keselamatan kerja harus dimulai dari tingkat pelatihan kepada tenaga kerja diberikan.
Namun begitu, sekalipun keterampilan tinggi, kemungkinan terjadinya kecelakaan masih ada. Dengan keterampilan, pekerjaan dilakukan secara refleks oleh karena terbiasa, sehingga segi keselamatan terabaikan. Hal ini terutama terjadi pada pekerjaan yang berulang-ulang dilakukan, terlebih bila faktor waktu sangat menentukan. Sedapat mungkin, unsur-unsur keselamatan dapat dimasukkan dalam kebiasaan –kebiasaan kerja yang terbiasa ini. Sebagai contoh adalah pemasukkan bahan ke mesin sebaiknya dilakukan dengan memakai tingkat pendorong dan bukan di dorong dengan tangan, jika mesin tersebut tidak diberi pagar pengaman.
F. Sikap Terhadap Keselamatan
Terdapat dua definisi mengenai keselamatan.
Definisi yang pertama adalah pada tingkat operasional dan meliputi keselamatan yang kompleks tenaga kerja terhadap pekerjaannya dan lingkungannya. Keseluruhan reaksi ini merupakan landasan psikologis bagi penyelenggaraan pekerjaan dan mengatur tingkah lakunya. Maka dari itu, sikap terhadap keselamatan adalah hasil dari pengaruh-pengaruh yang rumit dan kadang bertentangan dan oleh karena itu, positif dan negatifnya tergantung tergantung dari individu-individu dan keadaan. Sikap ini dapat dimantapkan oleh usaha-usaha pimpinan kelompok atau petugas keselamatan kerja. Dari itu, program keselamatan harus dilandasi pengetahuan psiko-sosial yang mendalam, agar dapat berhasil dengan baik. Sebaiknya, sikap keselamatan didasarkan atas suasana serasi di antara pengusaha dan tenaga kerja yang akan lebih positif dari pada usaha sepihak saja.
Definisi yang kedua bertalian dengan sikap tenaga kerja terhadap keselamatan atas dinamika psikologis mereka. Menurut definisi ini, faktpr-faktor seperti tekanan emosi, kelelahan, konflik-konflik kejiwaan yang laten dan tak terselesaikan, dan lain-lain mungkin berpengaruh secara negatif terhadap keselamatan. Faktor-faktor ini mungkin pula berperan dalam timbulnya kecelakaan pada tenaga kerja yang sebenarnya tidak melakukan pekerjaan yang berbahaya. Mereka disebut “korban pasif dari nasib snediri”. Definisi kedua ini sangat penting terutama pada kecelakaan-kecelakaan lalu lintas.
G. Pertentangan di Antara Produksi dan Keselamatan
Diantara kepentinga produksi dan keselamatan, terkadang terdpaat pertentangan. Dalam keadaan seperti itu, pengusaha atau buruh mengorbankan persyaratan keselamatan dan mengambil risiko terjadinya kecelakaan untuk peningkatan produktivitas. Sebagai contoh adalah, dikuranginya perawatan mesin dan peralatan kerja oleh pengusaha agar hilangnya hilangnya produksi dicegah; Peniadaan pagar-pagar pengaman atau tidak dipakainya alat-alat perlindungan diri yang dirasakan memberi hambataan. Pada keadaan disebut belakang, ancaman hukuman kurang bermanfaat dan sebaiknya usaha diadakan untuk mengubah sikap terhadap keselamatan misalnya dengan mengundang partisipasi buruh dalam memilih alat-alat proteksi perlindungan diri yang sesuai.
Juga dari pengalaman terbukti, bahwa angka kecelakaan pada pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan proses produksi yang pokok adalah lebih kecil dari pada kecelakaan pada pekerjaan-pekerjaan yang bersifat sampingan.
H. Kecelakaan dan Keampuhan Sistem
Keampuhan suatu sistem adalah besarnya kemungkinan bahwa sistem tersebut akan berfungsi secara memuaskan menurut maksud tujuannya pada keadaan-keadaan dan waktu tertentu.
Secara luas telah dimaklumi, bahwa jumlah kecelakanaan yang lebih dari angka rata-rata terjadi pada keadaan-keadaan yang menyebabkan gangguan proses produksi normal atas dasar kerusakan atau kegagalan sistem. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa peningkatan keampuhan sistem akan berakibat penguranagan peristiwa kecelakaan dan juh=ga meningkatkan produksivitas. Upaya harus diarahkan tidak hanya memperaiki standar mesin tetapi juga kemantapan komponen manusiawi dalam sistem manusia dan mesin enga epndidikan tenaga kesja dalam cara pengelolaan mesin dan peralatan kerja.
I. Komunikasi dan Keselamatan
Keampuhan suatu sistem sampai tingkat tertentu tergantung pada kualitas komunikasi yang terjadi diantara aneka unsur. Dalam industri, bentuk komunikasi di dalam suatu sistem biasnaya dirumuskan dalam ketentuan-ketentuan resmi, seperti isyarat-isyarat atau penggunaan bentuk standar untuk pengiriman keteranagn dan lain-lain.
Namun, kadang-kadang komunikasi dengan saluran tidak resmi lebih berpengaruh. Jika komunikasi resmi dan tidak resmi bertentangan, biasnaya justru sering yang tidak resmi yang diikuti oleh tenaga kerja. Di a ntara kawan sejawat, sering pula dipakai isyarat-isyarat komunikaso tersendiri. Cara-cara komunikasi tersebut terkadang lebh efektif dari pada yang resmi. Namun ada bahayanya, yaitu bial seorang tenaga kerja yang belum berpadu dengan kelempok tersebut ikut bekerja maka akan mendatangkan kecelakaan.
Maka dari itu, sistem komunikasi resmi harus cukup jelas, komperhensif dan tidak berarti jamak serta tidak rumit, agar tidak diganti dnegan isyarat-isyarat tidak resmi. Penggantian tersebut terutama harus mendapatkanperhatian pada :
a. Adanya komunikasi diantara kelompok-kelompok yang tidak sama seperti bagian administrasi dan bagian produksi.
b. Terapatnya tenaga baru yang belum memahami isyarat-isyarat tidak resmi.
Dua segi lainnya tentang komunikasi adalah singkatan informasi yang terlalu terperinci. Tenaga kerja mungkn menggunakan bentuk-bentuk singkatan untuk komunikasi, sehingga memperbaiki kecepatan kerja. Namun dengan begitu, keampuhan sistem menurun. Begitu pila dengan tingkat keselamatannya. Sebaliknya, tenaga kerja yang bekerja sesuai dengan tanda-tanda petunjuk dan panel-panel pengendali mungkin terganggu oleh banyaknya dan terperincinya informasi yang disapaikan kepada mereka. Dengan begitu, reaksi-reaksi mereka akan lebih lambat dan kurang teliti.
J. Faktir Manusiawi dan Pencegahan Kecelakaan.
Analisa kecelakaan yang ditujukkan kepada faktor manusia memiliki kerugian, tetapi mungkin memberikan bahan berguna bagi pencegahan kecelakaan. Kerugian terpenting adalah kenyataan bahwa tenaga kerja atau kelompok tenaga kerjalah yang dipersalahkan, sehingga dianggap bahwa investasi dalam keselamatan seperti pemagaran mesin untuk keselaman, kurang penting.
Sebaliknya penelitian faktor manusiawi akan memerikan kejelasan tentang kesalahan-kesalahan dalam sistem manusia-mesin, pengaruh yang tidak menguntungkan dari faktor lingkungan seperti penerangan, suhu udara, ventilasi, dan lain sebagainya, sikap kelompok, kerja yang tidak dikehendaki, dan kelemahan-kelemahan organisiasi kerja dan proses kerja. Kesemuanya ini dapat diperbaiki dengan penggunaan alat-alat keselamatan, peningkatan standar lingkungan kerja, perbaikan rosedur seleksi, pendidikan tentang praktek-praktek keselamatan, peniadaan sikap-sikap negatif melalui keserasian yang lebih baik dalam hubungan pengusaha dan buruh, dan pengaturan sitem produksi secara nasional.
Dalam hubungan kecenderungan untuk tertimpa kecelakaan atas dasar kelainan penegndalaib syaraf dan otot, sanagt baik apabila kelainan tersebut ditemukan pada pemeriksa kesehatan sebelum kerja dan tenaga kerja tersebut dihadapkan dengan bahaya-bahaya kecelakaan. Selain pemeriksaan medis, ada manfaatnya dipakai pengujian spikologis. Sabagai contoh, pengujian psikologis pada pengemudi-pengemudi kendaraan dapat menurunkan keclakaan lalu lintas. Pemeriksaan medis sendiri dapat menemukan kemungkinan penderita-penderita epilepsi, buta warna, kelainan penglihatan, dan lain-lain dan menghindari penempatan orang-orang tersebut pada pekerjaan-pekerjaan yang berbahaya. Namun begitu tetap sulit untuk mendapatkan kepastian yang benar-benar tentang tingkah laku seseorang dalam keselamatan melalui pemeriksaan medis dan pengujian-pengujian kejiwaan tersebut.
A. Penerangan
Penerangan merupakan satu aspek ingkungan fisik penting bagi keselamatan kerja. Beberapa penelitian membuktikan bahwa penerangan yng tepat dan disesuaikan dengan pekerjaan berakibat produksi yang maksimal,ketidak efisienan yang minimal, dan dengan begitu secra tidak langsung membantunmengurangi terjadinya kecelakaan. Dalam hubungan kelelahan sebagai sebab kecelakaan, penerangan yang baik merupakan usaha preventif. Pengalaman menunjukkan bahwa peneranga n yang tidak memadai disertai tingkat kecelakaan yang tinggi.
Faktor-faktor dalam penerangan yang menjadi sebab kecelakaan meliputi kesilauan langsung, kesilauan sebagai pantulan dari lingkungan pekerjaan dan bayang-bayangan yang gelap. Juga perubahan yang mendadak dari keadaan terang kepada keadaan gelap dapat membahayakan. Terkadanga, kelalaian berlatar pada kesulitan penglihatan.
Contoh, seorang tenaga kerja menuruni tangga saalh injak dan terjatuh sabagai akbat adanaya bayanagan yang mengenai tangga oleh keadaan peneranagn yang buruk.
Peneranagn yang baik sangat perlu untuk mencegah kecelakaan, ditempat-tempat ydengan bahaya terkantuk, terjatuh atau terjerembab seperti pinggir pelabuhan, sepanjang rel kereta api yang dilalaui orang, di jalan-jalan, di tangga, pada tempat keluar, dan sebagainya.
Bila ruang kerja terdapat banyak orang, penerangan harus diadaakan secara baik di jalan-jalan untuk lewat, di tangga, tempat-tempat keluar, di daerah mesin-mesin dan lain-lain., sekalipun penerangn umum tidak dapat melakukannya. Maka dari itu, sering kali memerlukan pembangkit listrik khusus untuk keperluan tersebut. Terkadang cat-cat yang berlumensi dapat membantu. Tanda-tanda harus jelas dan untuk itu dipakai penerangan listrik
B. Ventilasi dan pengaturan suhu
Ventilasi umum atau setempat ada pula peranannya dalam keselamatan kerja. Demikian pula dengan pengaturan sehu udara dengan pendinginan. Misalnya, ventilasi setempat merupakan suatu cara meniadakan debu-debu eksplosif, seperti debu alumunium, magnesium, gabus, pati atau tepung dari udara. Uap-uap yang ada di udara yang dapat tebakar diturunkan keadaannya sampai atas aman oleh ventilasi umum atau dihilangkan sama sekali oleh ventilasi ke luar setempat. Pengaturan suhu udara dapat mencegah keadaan terlalu dingin atau terlalu panasyang dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan.
Sistem ventilasi perlu perencanaan yang tepat, hal ini terutama perlu bagi ventilasi ke luar setempat harus diletakkan dan diatur sedemikian rupa sehingga tidak ada uap logam atau debu yang memasukki temapt kerja atau langsung dihirup oleh tenaga kerja.
Kedinginan menjadi sebab kurangnya keterampilan tangan dan hal ini berbahaya bagi pekerjaan dengan mesin. Udara panas adalah sebab kelelahan dan kurangnya konsentrasi. Ungkin suhu udara yang tepat di tempat ekrja adalah sekitar 24-26°C suhu kering. Faktor-faktor yang luas berpengaruh kepada suhu kerja ini.
C. Kebisingan
Kebisingan mempengaruhi konsentrasi dan dapat membantu terjadinya kecelakaan. Kebisingan yang lebih dari 85 dB(A) dapat mempengaruhi daya dengar dan menimbulkan ketulian. Pencegahan terhadap kebisingan harus dimulai sejak perencanaan mesin dan dilanjutkan dengan memasang bahan-bahan yang menyerap kebisingan. Organisiasi kerja dapat diatur sedemikian rupa sehingga pekerjaan persiapan tidak dilakukan diruang yang bising. Alat-alat pelindung diri juga dapat dipergunakan.
Minggu, 17 Mei 2009
pertumbuhan dan perkembangan bayi
Pertumbuhan ( Growth ) adalah berkaitan dangan masalah perubahan dalam besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat ( gram, pound ) ukuran panjang ( cm, inchi ), umur tulang dan keseimbangan metabolik ( retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
Perkembangan ( Development ) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Perkembangan menyangkut adaanya proses difrensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk perkemabngan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.
Pertumbuhan dan perkembangan berjalan menurut norma-norma tertentu, walaupun demikian seorang anak dalam banyak hal tergantung kepada orang dewasa misalnya mengenai makanan, perawatan, bimbingan, perasaan aman, pencegahan penyakit dsb. Oleh karena itu semua orang yang mendapat tugas untuk mengawasi anak harus mengerti persoalan anak yang sedang tumbuh dan berkembang.
Tujuan mempelajari Tumbuh Kembang
Sebagai alat ukur dalam asuhan keperawatan.
Diperlukan untuk mengetahui yang normal dalam rangka mendeteksi deviasi dari normal.
Sebagai guideline untuk menilai rata-rata terhadap perubahan fisik, intelektual, sosial dan emosional yang normal.
Mengetahui perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan merupakan penuntun bagi perawat dalam mengkaji tingkat fungsional anak dan penyesuaiannya terhadap penyakit dan dirawat di rumah sakit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Proses pertumbuhan dan perkembangan anak tidak selamanya berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhinya baik faktor yang dapat dirubah/dimodifikasi yaitu faktor keturunan, maupun faktor yang tidak dapat dirubah atau dimodifikasi yaitu faktor lingkungan.
Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak
Tumbuh kembang adalah proses yang continue sejak dari konsepsi sampai maturitas /dewasa yang dipengaruhi oleh factor bawaan dan lingkungan. Dalam periode tertentu terdapat masa percepatan atau masa perlambatan serta laju tumbuh kembang yang berlainan diantara organ-organ. Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi kecepatan berbeda antara anak yang satu dengan yang lain. Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi system susunan saraf. Aktifitas seluruh tubuh diganti respons individu yang khas. Refleks primitive seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang sebelum gerakan volunteer tercapai. Ada yang lebih dulu bicara baru jalan atau sebaliknyaAda yang badannya lebih dulu berkembang kemudian sub systemnya dan sebaliknyaDan sebagainya
Tahap-tahap Pertumbuhan dan Perkembangan
Terdapat variasi yang besar, tetapi setiap anak akan melalui suatu " milestone" yang merupakan tahapan dari tumbuh kembangnya dan tiap-tiap tahap mempunyai cirri tersendiri .Menutur Hasil Rapat Kerja UKK pediatric Sosial di Jakarta, yaitu :
Masa Pranatal
Masa Mudigah/embrio : konsepsi – 8 Minggu
Masa janin/fetus : 9 minggu – lahir.
Masa Bayi : usia 0 – 1 tahun
Masa Neonatal : 0 – 28 hari : Masa Neoratal dini : 0 – 7 hari, Masa Neonatal lanjut : 8 – 28 hari.
Masa pasca Neonatal : 29 hari – 1 tahun
Masa Toddler : usia 1 – 3 tahun
Masa Pra Sekolah : Usia 3 – 6 tahun
Masa Sekolah : Usia 6 – 18/20 tahun
Masa Pra remaja : usia 6 – 10 tahun
Masa Remaja : masa remaja dini wanita usia 8 – 13 tahun, pria usia 10 – 15 tahun, Masa temaja lanjut Wanita usia 13 – 18 tahun, Pria usia 15 – 20 tahun.
Tumbuh pada Masanya
Usia 01 tahun: pertumbuhan anak umumnya sangat cepat.
Usia 1-5 tahun: pertumbuhan masih cepat, tapi mulai melambat.
Usia 5-8 tahun: pertumbuhan melambat.
Masa praremaja: pertumbuhan meningkat lagi sampai akhir remaja.
Masa balita: kecepatan pertumbuhan anak laki-laki dan perempuan hampir sama.
Masa praremaja dan remaja: pertumbuhan anak perempuan lebih cepat dari laki-laki, tapi pertumbuhan anak perempuan lebih cepat berhenti pula.
Kapan Mengukur?
Umur 0-1 tahun: sebaiknya ditimbang dan diukur setiap bulan.
Umur 1-3 tahun: pengukuran dan penimbangan dilakukan setiap 3 bulan.
Umur 3-6 tahun: lakukan pengukuran dan penimbangan setiap 6 bulan.
Lebih dari 6 tahun: silakan diukur dan ditimbang setiap tahun.
Tinggi badan anak memang bergantung pada potensi genetik. Tapi nutrisi, kasih sayang, stimulasi, aktivitas yang memadai, tidur cukup, serta tidak adanya penyakit akan membuat anak sama berkualitasnya, meski perawakannya tidak tinggi.
Rumus tinggi badan maksimal dan minimal anak di usia 18 tahun, sesuai dengan potensi genetik dari ayah dan ibu:
* Anak perempuan:
(tinggi badan ayah + tinggi badan Ibu -13): 2 +/- 8,5 cm
* Anak laki-laki:
(tinggi badan ayah + tinggi badan ibu + 13): 2 +/- 8,5 cm
Terdapat beberapa tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan antara lain masa dalam kandungan (prenatal), masa Neonatal (0 – 28 hari), masa Bayi (<>
Umur | Kemampuan perkembangan |
0-1 bulan | Menatap ke ibu, mengeluarkan suara, tersenyum, dll |
1-3 bulan | Mengangkat kepala tegak ketika tengkurap, tertawa, mengamati tangannya, dll |
3-6 bulan | Meniru bunyi, meraih benda, tengkurap sendiri, dll |
6-9 bulan | Duduk sendiri,mengucapkan ma..ma..ma, da..da….da…, pegang biskuit, dll |
9-12 bulan | Bermain CI LUK BA, menjimpit benda kecil, berdiri dan berjalan berpegangan, dll |
1-2 tahun | Menunjukkan dan menyebut nama bagian tubuh, naik tangga, corat-coret, dll |
2-3 tahun | Berdiri di atas satu kaki tanpa berpegangan, bicara domengerti, makan sendiri, memeluk dan mencium orang yang terdekat, dll |
3-5 tahun | Melompat-lompat,menggambar, cerita, pakai pakaian, dll |
Masa balita (bayi di bawah lima tahun) dalam siklus kehidupan seorang tidak akan dating dua kali. Masa itu adalah periode paling kritis dalam meningkatkan kecerdasan, emosi sosial dan spiritual anak dikemudian hari. Menyadari pentingnya masa balita itu, tidak mengherankan periode itu disetka masa emas.
Periode lima tahun pertama kehidupan anak, dipandang penting karena otak manusia pada saat dilahirkan pada dasarnya kurang lebih sama. namun pada lima tahun pertama proses tumbuh kembang seorang bayi berbeda, tergantung asupan dan rangsangan yang diterima, makin cepat perkembangan sel-sel otak balita. Makin banyak aotak digunakan makin banyak jaringan otak terbentuk.
Potensi kecerdasan anak sudah terbentuk sebesar 50% pada usia 4 tahun, dan mencapai 80% ketika anak mencapai usia 8 tahun. Setelah umur 8 tahun, tanpa melihat bentuk pendidikan dan lingkungan yang diperoleh, kemampuan kecerdasan hanya dapat diubah sebanyak 20%.
Disinilah pentingnya perawatan dan pengasuhan balita. Jika berhasil merawat dan mengasuh anak sast balita denagn baik, kemungkinan besar kelak anak akan bertunbuh dan kerkembang baik dalam hal kecerdasan, emosi atau mental, sosial, dan spiritual.
ASI Eksklusif
ASI (Air Susu Ibu) ekslusif adalah susu jolong yang diberikan sedini mungkin (sekitar 30 menit) setelah persalinan. ASI diberikan pada jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan pendamping ASI sampai berumur 2 tahun.
Pemberian ASI setelah persalinan bukan hanya sekedar memberi nutrisi kepada bayi, tetapi sekaligus memberi imunisasi pasif. ASI pada awalnya berperan sebagai pencahan dan penghangat. Pada stadium ASI peralihan dan matur, ASI merupakan nutrisi dan faktor pertumbuhan .Setiap stadium ASI mempunyai peran yang sangat berbeda baik sebagai nutrisi, pelindung, pembersih, penghangat, dan sebagai fakror pertumbuhan. Nutrisi dalan ASI tidak dapat digantikan oleh makanan lain apapun di dunia.
Pada usia bayi 0-1 tahun, ASI merupakan makanan yang terpenting bagi perkembangan otak ASI merupakan sumber taurin dan folasin, asam linoleat (asam lemak rantai panjang). Dan laktosa yang hanya sedikit sekali ada dalam susu sapi. Semua unsure nutrisi ini merupakan bahan penting dalam pertumbuhab syaraf otak. Jaringan otak bayi yang mendapatka ASI eksklusif akan tumbuh optimal dan terbebas dari rangsangan kejang sehingga menjadi anak lebih cerdas dan terhindar dari kerusakan sel-sel syaraf otak.
Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif memiliki system peredaran darah yang lebih baik sehingga kemungkinan kecil untuk terserang arteriosklerosi atau penyakit jantung, dapat terlindung dari berbagai penyakit yang disebabkan oleh kuman, bakteri, virus, maupun alergi dan akan memiliki kornea mata yang lebih sehat.
Semakin banyak bayi mendapat ASI, maka dalam perkembangan kelak, anak lebih sehat, lebih cerdas, lebih stabil emosinya, lebih peka sikap social dan lebih kust sifat spiritualnya.
Waktu dan Cara Menyusui Yang Benar Waktu Menyusui Bayi. Menyusui bayi tidak perlu dijadwal. Bila bayi membutuhkan atau menangis ibu harus segera memberikan ASI. Bila puas menyusu, Bayi akan tertidur pulas.
Cara Menyusui Bayi yang Baik dan Benar:
Cuci tangan dengan bersih terlebih dahulu sebelum menyusui bayi
Susui bayi segera setelah lahir atau selambat-lambatnya 30 menit setelah bayi lahir
Sentuhkan puting susu pada bibir atau pipi bayi untuk merangsang mulut bayi terbuka.
Setelah mulut bayi terbuka, segera masukan puting dengan sebagian besar lingkaran hitam di sekitar putting (areola) ke mulut bayi
Ibu herus menyusui bergantian si antara dua payudara. Namun, satu payudara harus disusukan sampai dianggap habis ASI-nya, kemudian ganti dengan payudara yang lain.
Bila payudara pertama masih ada ASI-nya, hendaknya dikeluarkan dengan memijit payudara ke arah putting susu sampai payudara tidak mengeluarkan ASI lagi.
Hal ini akan memperlancar pengeluaran ASI berikutnya dan pengeluaran berikutnya akan lebih banyak. Demikian halnya pada payudara kedua .Bila terdapat sisa sedikit harus segera dikeluarkan lebih dulu, tetapi bila masih banyak biarkan saja dan untuk menyusui berikutnya pada payudara yang mengandung sisa ASI sebelumnya.
Bagi ibu yang tidak bisa mendampingi bayinya karena sesuatu sebab (bekerja atau ke luar rumah), disarankan ASI dikeluarkan dan ditampung di dalam botol dan ditutup rapat, kemudian simpan di dalam kulkas. Untukmemberikannya pada bayi, gunakan sendok bukan botol dot. Hal ini agar tidak bingung antara puting susu dan dot.
Posisi Menyusui Bayi
Posisi saat menyusui sangat berpengaruh pada hubungan emosi antara ibu dan bayi. Bayi yang disusui dengan cara yang baik dan benar, akan merasa nyaman, terayomi dan terlindungi. Untuk itu, perlu memperhatikan posisi menyusui sebagai berikut :
Bayi harus dapat memasukan seluruh putting susu sampai daerah areola mamae ke dalam mulutnya sehingga bayi dapat menggunakanrahang untuk menekan daerah di belakang putting susu. Daerah ini merupakan kentong penyimpanan ASI.
Ibu dapat mengambil posisi duduk. Punggung ibu bersandar, kaki dapat diangkat dan diluruskan ke depan sejajar dengan bokong,atau ke bawah, tetapi harus diberi penyangga (jangan menggantung).Bayi tidur di pangkuan ibu dengan dialasi bantal sehingga posisi perut ibu bersentuhan /berhadapan dengan perut bayi.leher bayi harus dalam posisi tidak terpelintir.sebaiknya ibu berhati-hati karena pada saat menyusui ,bayi tidak dalam keadaan terlentang atau dibedong.
Bila mengambil posisi telungkup,bayi ditidurkan di meja beralas dengan kepala bayi mengarah ke payudara ibu. Posisi ini akan menguntungkan bagi bayi kembar karena kedua bayi memperoleh kesempatan yang sama tanpa harus dibedakan.
Kartu Menuju Sehat (KMS)
KMS adalah kartu pedoman ibu untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan Balita secara menyeluruh, baik kesehatan maupun pertumbuhan fisiknya termasuk mamantau pemberian imunisasi.
Dengan KMS, ibu dapat mengetahui perkembangan yang harus dicapai oleh Balita ibu, mulai dari gerakan kasar, gerakan halus, pengamatan, bicara aktif sampai sosialisasi sesuai perkembangan usianya. Melalui KMS juga ibu dapat memantau pertumbuhan fisik Balita ibu terutama berat badannya.
Berat badan terkait dengan tingkat kesehatan Balita ibu. Dengan KMS, ibu dapat mengetahui pertumbuhan berat badan ideal yang harus dicapai oleh Balita ibu sesuai dengan perkembangan usianya.
Melalui KSM, ibu dapat mengetahui kelompok bahan makanan sesuai gizi seimbang dan pedoman pemberian makanan yang sehat untuk Balita ibu, sehingga diharapkan balita ibu akan bertumbuh dan berkembang.
Mengingat pentingnya informasi yang ada dalam KMS, sebaiknya setiap ibu yang mempunyai balita memiliki KMS. KMS harus dibawa ketika memeriksakan balita di posyandu, puskesmas atau tempat pelayanan kesehatan lainnya.
Panduan Pemberian Makanan Sehat untuk Bayi
Usia Balita 0-6 bulan
Pada usia ini, Balita hanya diberikan ASI eksklusif, yaitu susu jolong (colostrums) yang diberikan sedini mungkin (sekitar 30 menit) setelah persalinan. ASI diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan.
Usia Balita 6-8 bulan
Setelah melewati usia 6 bulan ,maka bayi dapat diberikan makanan tambahan yang lumat seperti bubur tepung kacang ijo, bubur berasmerah, susu,biscuit dicampur susu, buah-buahan matang yang mudah dilumat seperti pisang, alpukat, pepaya dan sebagainya. namun ASI harus tetap diberikan.
Usia Balita 8-12 bulan
Ketika balita berusia 8-12 bulan, dapat diberikan makanan lembek seperti bubur nasi, nasi tim, buah buahan matang yang mudah dilumat seperti pisang, alpukat, pepaya dan sebagainya. seperti pada usia-usia sebelumnya, ASI harus tetap diberikan.
Perkembangan Fisik dan Otak Anak
Usia 0-3 bulan
Gerakan kasar:Mampu memutar kepala,dapat meluruskankepala walaupun dengan agak susah payah. Gerakan halus:Mampu menarik-narik pakaian atau selimut.
Pengamatan : Mampu mengamati alat permainan misalnya kelontang.
Usia 9-12 bulan
Gerakan kasar:Mampu berdiri sendiri dan berjalan sambil berpegangan.
Gerakan halus :Mampu mengambil benda kecil dengan ujung ibu jari dan telunjuk.
Pengamatan :Mampu menunjuk roda mobil –mobilan (anak laki-laki ) dan mata boneka (anak perempuan). Bicara Aktif :Mampu mengucapkan satu kata atau lebih dan tahu artinya. Sosialisasi :Manpu memberikan mainan pada ibu atau Bapak
Usia 12-18 bulan
Gerakan kasar:Mampu berlari tanpa jatuh. Gerakan halus:Mampu menyusun tiga balok mainan. Pengamatan :Mampu menutup gelas. Bicara aktif :Mampu mengucapkan sepuluh kata atau lebih dan tahu artinya. Sosialisasi :Mampu menyebutkan namanya bila di tanya.
Pada kenyataannya seringkali kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang tidak didapatkan anak dengan baik dan benar. Beberapa contoh adalah:
Asuh, misalnya ketiadaan pemberian Air Susu Ibu (ASI) dengan pengganti ASI saja (meskipun belakangan ini ada susu-susu formula yang diupayakan mendekati kualitas ASI, yaitu dengan kandungan lizozim laktoferin dan laktosa), dan ketidaktahuan sehingga terjadi penelantaran anak.
Asih, misalnya pada kehamilan tak diinginkan yang berkepanjangan, kasih sayang ibu yang tak benar (smother love versus mother love)
Asah, misalnya dusta putih, suasana murung, sepinya komunikasi, pertengkaran, kekerasan dalam keluarga, disparitas gender, dan sebagainya
Thurbe dan Cursnann telah meneliti secara kohort selama 21 tahun terhadap 120 anak yang dilahirkan dari kehamilan yang tidak dikehendaki dibandingkan dengan 120 anak dengan keadaan setara namun lahir dari kehamilan yang diinginkan. Mereka menemukan bahwa kelompok anak yang tidak diinginkan menunjukkan perilaku asosial lebih banyak, lebih sering membutuhkan jasa dokter ahli jiwa serta kecerdasannya pun lebih rendah daripada kelompok anak yang lahir dari kehamilan yang diinginkan.
Dalam kaitan tercapainya keeratan ikatan ibu-anak, selain kontak kulit, visual dan emosi sesegera mungkin setelah anak lahir, banyak peneliti mengemukakan pula perlunya pemberian asah jauh sebelum anak dilahirkan, yaitu dengan memperdengarkan musik klasik serta berbicara dengan anak selama masih dalam kandungan. Pengasuhan anak oleh subtitusi ibu, baik yang paruh waktu (misalnya di tempat penitipan anak) maupun yang purna waktu (misalnya oleh pramusiwi) harus selalu memperhatikan hal-hal tersebut di atas, yaitu pada dasarnya agar asuh, asih, asah didapatkan anak dengan baik dan benar (Sunarwati, 2007).
Oleh karena itu, dalam pengasuhan anak ada empat hal yang harus dipenuhi, yaitu bahwa setiap anak membutuhkan orang tua, dan tumbuh secara alamiah dengan saudara kandung yang dimilikinya, di dalam rumah mereka sendiri dan di dalam lingkungan yang mendukungnya.
Diharapkan bahwa pengasuhan anak ini akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pounds, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan (Soethiningsih, 1995)
Menurut teori perkembangan psikososial Erikson ada empat tingkat perkembangan anak yaitu :
Usia anak 0 - 1 tahun yaitu trust versus mistrust. Pengasuhan dengan kasih sayang yang tulus dalam pemenuhan kebutuhan dasar bayi menimbulkan "trust" pada bayi terhadap lingkungannya. Apabila sebaliknya akan menimbulkan "mistrust" yaitu kecemasan dan kecurigaan terhadap lingkungan.
Usia 2 - 3 tahun, yaitu autonomy versus shame and doubt. Pengasuhan melalui dorongan untuk melakukan apa yang diinginkan anak, dan sesuai dengan waktu dan caranya sendiri dengan bimbingan orang tua atau pendidik yang bijaksana, maka anak akan mengembangkan kesadaran autonomy. Sebaliknya apabila pendidik tidak sabar, banyak melarang anak, akan menimbulkan sikap ragu-ragu pada anak. Hal ini dapat membuat anak merasa malu.
Usia 4 - 5 tahun, yaitu inisiative versus guilt, yaitu pengasuhan dengan memberi dorongan untuk bereksperimen dengan bebas dalam lingkungannya. Pendidik dan orang tua tidak menjawab langsung pertanyaan anak, maka mendorong anak untuk berinisiatif sebaliknya, bila anak selalu dihalangi, pertanyaan anak disepelekan, maka anak akan selalu merasa bersalah.
Usia 6 - 11 tahun, yaitu industry versus inferiority, bila anak dianggap sebagai "anak kecil" baik oleh orang tua, pendidik maupun lingkungannya, maka akan berkembang rasa rendah diri, dampaknya anak kurang suka melakukan tugas-tugas yang bersifat intelektual dan kurang percaya diri.
Teori lainnya yang berkaitan dengan perkembangan kognitif, yaitu Piaget menyebutkan bahwa ada tiga tahapan perkembangan kognitif anak, yaitu :
Tahap sensorimotorik (usia 0 - 2 tahun). Pada tahap ini anak mendapatkan pengalaman dari tubuh dan indranya.
Tahap praoperasional. Anak berusaha menguasai simbol-simbol (kata-kata) dan mampu mengungkapkan pengalamannya, meskipun tidak logis (pra-logis). Pada saat ini anak bersifat egosentris, yaitu melihat sesuatu dari dirinya (perception centration), dengan melihat sesuatu dari satu ciri, sedangkan ciri lainnya diabaikan.
Tahap operasional kongkrit. Pada tahap ini anak memahami dan berpikir yang bersifat kongkret belum abstrak.
Tahap operasional formal. Pada tahap ini anak mampu berpikir abstrak.
Berkaitan dengan anak-anak, beberapa anak ditemukan memiliki kerentanan untuk menghadapi perubahan atau tekanan yang mereka hadapi.Akan tetapi, tidak jarang pula, orang tua atau pendidik mengeluhkan anak-anak memerlukan penyesuaian diri yang lama terhadap situasi baru, atau anak yang trauma dengan pengalaman negatif, seperti kehilangan sahabat, pindah rumah, nyaris tenggelam di kolam renang, atau menjadi korban bencana alam seperti gempa (Ilham, 2007).
Anak-anak, terutama balita, amat membutuhkan perhatian orangtuanya. Berikut ini panduan seni berbicara dengan bayi untuk mengembangkan kemampuan berbicaranya:
1. Memperkenalkan Nama Benda
Perkenalkan segala sesuatu di sekitar kita kepada bayi. Ini bisa dimulai dengan yang sederhana, seperti wajah kita. Yuk, ajak tangan bayi menjelajahi wajah kita. Sambil menyentuh setiap bagiannya, sebutkan mana mata, hidung, mulut, telinga, dan lain-lain. Lalu, lanjutkan dengan anggota tubuh. Lebih jauh lagi, perkenalkan bayi pada nama-nama benda di sekitarnya; bola, meja, kursi, kotak. Perkenalkan pula si kecil pada pohon, mobil, kucing, anjing, dan aneka obyek di luar rumah.
2. Menjadi Pendengar
Meski bayi belum mampu mengungkapkan keinginan atau gagasan lewat kata-kata yang jelas, sebaiknya mulailah ''mendengarkan'' setiap ia ''mengungkapkan'' sesuatu. Jadilah pendengar aktif. Usahakan mengira-ngira apa yang ingin bayi ungkapkan. Lalu, berikan respon. Misal, ''Oh, bagus sekali!'' atau ''Apa betul?'' Ajak pula bayi berdialog, meski ia hanya akan merespon dengan gumaman, gerakan, senyum atau bahasa tubuh lainnya.
3. Memperkenalkan Konsep
Segala sesuatu di sekitar bayi merupakan hal baru baginya. Nah, kewajiban kitalah mengenalkannya kepada bayi melalui berbagai konsep, eperti konsep panas-dingin, naik-turun, masuk-keluar, kosong-penuh, berdiri-duduk, basah-kering serta besar-kecil. Pengenalan konsep dasar ini bisa dilakukan sesederhana mungkin. Dan, bisa didapat dari peristiwa sehari-hari di sekitar bayi. Misal, saat menggantikan popok, kita bisa memberitahukan padanya, ''Popokmu basah kena pipis. Nah, sekarang Mama ganti dengan popok yang kering.''
4. Menjelaskan Sebab-Akibat
Konsep sebab-akibat juga perlu diperkenalkan, mengingat bayi sedang giat mempelajari segala sesuatu. Kita bisa mulai dengan menjelaskan berbagai fungsi dan sebab-akibat bekerjanya benda di rumah. Misal, tombol lampu. ''Kalau tombol ini Mama tekan ke atas, lampu akan menyala dan ruangan jadi terang. Tetapi kalau ditekan ke bawah, lampu padam dan ruangan jadi elap.'' Tentu saja tak cuma benda mati. Sebab-akibat pada perasaan orang juga bisa diperkenalkan. Contoh, ''Mama sedih kalau kamu nggak mau makan''. Ini akan mengasah kepekaan bayi.
5. Memperkenalkan Warna
Warna-warni bisa ditunjukkan sambil memperkenalkan benda dan segala sesuatu di sekitar bayi. Misal, ''Itu balon, Nak. Warnanya merah, seperti bajumu.''
6. Mengulangi Kata-Kata
Agar bayi mampu mengingat lebih tajam segala sesuatu yang diperkenalkan padanya, sebaiknya kata-kata yang diperkenalkan selalu diulang-ulang. Misal, ''Pintar, makannya sudah habis. Haaabiiis.''
7. Memperkenalkan Kata yang Benar
Hindari penggunaan kata-kata yang dipermudah atau dicadel-cadelkan, seperti ''mamam'' untuk makan, ''mimik'' untuk minum, atau lainnya. Gunakan kata-kata yang benar. Karena, ini membantu bayi memahami konsep dengan benar.
8. Perkenalkan Kata Ganti
Walau bayi belum bisa menggunakan kata ganti, tak ada salahnya mulai memperkenalkannya. Beritahu pula konsep kepemilikan. Misal, ''Ini kue untuk Adek, untuk kamu,'' atau ''Ini punya Mama, punya saya''.
9. Memacu Respons
Banyak cara memancing bayi agar merespons atau menjawab pertanyaan kita. Misal, memberi berbagai pilihan dan meminta bayi memilih salah satu, ''Mau pakai baju merah atau kuning?'' Atau, bisa juga meminta bayi menunjukkan atau mengambil benda yang kita tanyakan, ''Coba, yang mana boneka Laa Laa?''
10. Hindari Pemaksaan
Jika bayi cuma menjawab dengan ekspresi atau bahasa tubuh, bantulah dengan memberi pilihan. Misal, ''Ari mau pilih bola atau boneka?'' Kalau kata-katanya tetap tak keluar, komentari pilihannya, ''Oh, Ari pilih bola, ya?'' Hindari pemaksaan bila bayi tetap tak mau bicara. Bersabar dan teruslah berlatih.
11. Menyederhanakan
Arahan yang rumit bisa membingungkan bayi. Jadi, sampaikanlah arahan verbal satu per satu. Misal, ''Tolong ambilkan bola.'' Tunggu sampai bayi melakukannya, baru lanjutkan, ''Nah, sekarang berikan pada Mama.'' Beri pujian bila ''tugas'' itu dilakukan dengan baik, agar bayi tahu bahwa yang dilakukannya benar.
12. Hati-hati Memperbaiki
Kekeliruan berbahasa karena keterbatasan artikulasi bayi bisa mulai diperbaiki secara hati-hati. Ungkapan ''..bil!'' untuk ''mobil'', dapat langsung diperbaiki lewat jawaban ''Pintar, itu mobil''. Tak perlu mengulang-ulang kesalahan ucapan bayi. Sebetulnya ia sudah mengetahui ucapan yang seharusnya keluar.
13. Membaca Bersama
Perkenalkan bayi pada buku bacaan bergambar yang memiliki kalimat berirama dan sederhana seperti pantun. Ajaklah ia bersama-sama mengucapkan dan menunjukkan gambar-gambarnya. Misal ''Gajah bermain bola.'' Mintalah bayi menunjukkan mana gajah dan mana bola. Lakukanlah ini sesering mungkin. Lama-lama bayi akan akrab dengan kata-kata di buku tersebut dan tertarik untuk belajar lebih banyak lagi.
14. Mengenalkan Angka
Ini bukan pelajaran berhitung, melainkan sekedar mengenal angka satu dan lainnya sambil bermain. Misal, ''Adik boleh ambil satu kue. Saa-tuu...'' (sambil memperlihatkan jari kita menunjukkan ''satu''). Atau,
''Ambil mainan, yang baaa-nyaak.'' Menghafal angka juga sudah bisa dilakukan. Sambil naik tangga atau memasukkan mainan ke dalam boks, kita membilang, ''Satu, dua, tiga...''
15. Menyanyi
Menyanyi adalah cara mudah ''merekamkan'' beragam kosakata di benak bayi. Kelak, begitu mendengar potongan melodi dan irama lagu tersebut, rekaman itu akan keluar dengan sendirinya dari mulut bayi.
TERAPI BERMAIN
Aktifitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak secara optimal. Bermain merupakan cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dari dirinya. Bermain tidak sekedar mengisi waktu,tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih, dan lain sebagainya. Anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mental dan perkembangan emosinya.
Bermain dapat mengungkapkan bahasa dan keinginan dalam mengungkapkan konflik dari anak yang tidak disasarinya serta dialami dengan kesenangan yang diekspresikan melalui psikososio yang berhubungan dengan lingkungan tanpa memperhitungkan hasil akhirnya.
Dalam kondisi sakit atau sehat anak dirawat di Rumah Sakit, aktivitas bermain ini tetap perlu dilaksanakan, namun harus sesuai dengan kondisi anak.Oleh karena itu kelompok mengambil terapi bermain di ruang perawatan anak RSUD Dr Soedarso Pontianak, karena kelompok kami ingin memberikan waktu bermain pada anak meskipun keadaan anak itu sakit, akan tetapi kita tidak lepas juga melihat kondisi pasien yaitu yang sudah dinyatakan oleh dokter perawatan minimal (minimal care) sehingga bisa membuat anak senang.
Aktifitas bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan bagi anak. Dengan aktifitas bermain anak juga akan memperoleh stimulasi mental yang merupakan cikal bakal dari proses belajar pada anak untuk pengembangan, kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreatifitas, agama, kepribadian, moral, etika dan sebagainya.
Bermain secara garis besar dapat dibagi kedalam dua kategori yaitu : aktif dan pasif (hiburan). Bermain harus seimbang artinya : harus ada keseimbangan antara bermain aktif dan yang pasif yang biasa disebut hiburan. Adapun bermain aktif kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat mereka sendiri sedangkan bermain pasif kesenangan didapat dari orang lain.
Bermain Aktif
a. Bermain mengamati/menyelidiki
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut. Anak memperhatikan alat, mengocok-ngocok apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha membongkar.
b. Bermain Konstruksi
Pada anak umur 3 tahun misalnya dengan menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan.
c. Bermain Drama
Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan saudara-saudaranya atau teman-temannya.
d. Bermain bola, tali dan sebagainya.
2. Bermain Pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif antara lain dengan melihat dan mendengar bermain pasif adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya.
Pada anak terdapat tingkat perkembangan motorik dan sensorik anak sesuai dengan usianya adalah :
1. Umur 0 – 1 bulan
a. Motorik :
1). Mengangkat kepala dibantu.
2). Ditengkurapkan kepala menoleh kanan – kiri.
3). Reflek primitif; sucking, rooting, morrow, menelan dan menggengam.
b. Sensorik :
Mengikuti sinar ketengah.
Mengikuti obyek dengan matanya.
Melihat muka orang dan tersenyum.
Bereaksi terhadap suara/bunyi.
2. Umur 2 – 3 bulan
a. Motorik :
1). Dada ditahan dengan tangan angkat kepala.
2). Memasukkan tangan kemulut.
3). Meraih benda menarik.
4). Dapat didudukkan dengan punggung disokong.
5). Mulai bermain dengan jari dan tangannya.
b. Sensorik :
1). Dapat mengikuti sinar ketepi.
2). Koordinasi vertikal – horizontal.
3). Mendengarkan suara.
3. Umur 4 – 5 bulan
a. Motorik :
1). Bila didudukkan kepala sudah mulai seimbang dan punggung sudah kuat.
2). Bila ditengkurapkan sudah bisa miring,kepala sudah bisa tegak lurus.
3). Refleks primitif mulai hilang.
4). Meraih benda dengan tangan.
b. Sensorik :
1). Sudah mengenal orang.
2). Akomodasi mata positif.
4. Umur 6 – 7 bulan
a. Motorik :
1). Membalikkan badan.
2). Memindahkan benda dari tangan satu ketangan lain.
3). Mengambil mainan dengan tangan.
4). Senang memasukkan kaki & mulut.
5). Sudah mulai memasukkan makanan kemulut.
b. Sensorik :
1). Sudah dapat membedakan orang yang dikenal / tidak dikenal.
2). Dapat menyebut m.....m....m.....m...........
3). Dapat menangis & cepat tertawa.
5. Umur 8 – 9 bulan
a. Motorik :
1). Sudah bisa duduk sendiri.
2). Koordinasi tangan kemulut lebih sering.
3). Bayi mulai tengkurap sendiri & belajar merangkak.
b. Sensorik :
1). Bayi tertarik dengan benda yang kecil.
6. Umur 10 – 12 bulan
a. Motorik :
1). Sudah mulai berdiri tapi tidak lama.
2). Belajar berjalan tanpa bantu.
3). Sudah bisa berdiri & duduk sendiri.
4). Bisa bermain ci........luk.......ba..........
5). Mulai senang mencoret kertas.
b. Sensorik :
1). Sudah dapat membedakan bentuk.
7. Umur 15 bulan – 1 tahun
a. Motorik kasar :
1). Sudah bisa jalan sendiri.
b. Motorik halus :
1). Memegang cangkir.
2). Memasukkan jari kelubang.
3). Membuka kotak.
4). Melempar kotak atau benda
Untuk membantu perkembangannya, Anda dapat:
* Sering bernyanyi untuknya.
* Mainkan musik, untuk mengembangkan kecintaannya pada musik.
* Bicaralah dengannya, walaupun si kecil belum mengerti apa yang Anda bicarakan, tapi ini membuat si kecil merasa menyenangkan.
* Membaca untuknya, untuk meningkatkan kemampuan dan pemahamannya terhadap suara dan bahasa.
* Sisihkan waktu untuk memeluk dan mengendongnya, karena si kecil akan merasa diperhatikan dan aman.
* Berikan cinta dan perhatian yang lebih kepadanya.
Tanda-tanda waspada adanya keterlambatan perkembangan menurut AAP (The American Academy of Pediatrics):
* Tidak berkedip saat matanya disinari cahaya.
* Tidak dapat memusatkan pandangan dan mengikuti benda yang kita gerakkan.
* Minum susu sedikit sekali dan lemah dalam menyedot.
* Jarang menggerakan lengan dan tungkai, kadang kelihatan kaku.
* Tidak bereaksi terhadap suara yang keras.
* Rahang bawah terus bergetar, walaupun si kecil sedang tidak menangis atau sedang bermain gembira.
* Belum dapat merangkak walau usianya sudah 12 bulan.