Selasa, 28 Juli 2009

Minggu, 05 Juli 2009

temper trantum

Tantrum biasanya terjadi pada anak yang aktif dengan energi berlimpah. Tantrum juga lebih mudah terjadi pada anak-anak yang dianggap "sulit", dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a) Memiliki kebiasaan tidur, makan dan buang air besar tidak teratur.

b) Sulit menyukai situasi, makanan dan orang-orang baru.

c) Lambat beradaptasi terhadap perubahan.

d) Moodnya (suasana hati) lebih sering negatif.

e) Mudah terprovokasi, gampang merasa marahataukesal.

f) Sulit dialihkan perhatiannya.

Tantrum termanifestasi dalam berbagai perilaku. Di bawah ini adalah beberapa contoh perilaku tantrum, menurut tingkatan usia:

1. Di bawah usia 3 tahun:

a) Menangis

b) Menggigit

c) Memukul

d) Menendang

e) Menjerit

f) Memekik-mekik

g) Melengkungkan punggung

h) Melempar badan ke lantai

i) Memukul-mukulkan tangan

j) Menahan nafas

k) Membentur-benturkan kepala

l) Melempar-lempar barang

2. Usia 3 - 4 tahun:

a) Perilaku-perilaku tersebut diatas

b) Menghentak-hentakan kaki

c) Berteriak-teriak

d) Meninju

e) Membanting pintu

f) Mengkritik

g) Merengek

3. Usia 5 tahun ke atas

a) Perilaku- perilaku tersebut pada 2 (dua) kategori usia di atas

b) Memaki

c) Menyumpah

d) Memukul kakakatauadik atau temannya

e) Mengkritik diri sendiri

f) Memecahkan barang dengan sengaja

g) Mengancam

Pemicu tantrum

a) Frustasi, belum bisa melakukan suatu hal seperti mencoba memakai kaus kakinya atau tidak dapat membuat orang lain mengerti apa yang diinginkannya.

b) Keinginan untuk tidak tergantung pada orang lain, hal-hal mudah seperti mendudukkan anak anda ke kursi mobil dapat terlihat seperti tindakan sengaja untuk menghalanginya untuk tidak tergantung pada orang lain.

c) Lapar dan atau lelah, anak anda lebih bertingkah buruk pada saat dia lapar atau lelah.

d) Tidak mendapatkan apa yang ia inginkan, contohnya, anda menolak memberikannya es krim atau ada anak lain yang tidak mau berbagi mainan atau ayunan.

e) Minta perhatian, anak kecil senang menjadi pusat perhatian, maka jika anda memberikan perhatian yang besar untuknya pada tantrum sebelumnya, besar kemungkinan anak anda akan melakukannya lagi.

f) Meluap-luap, ada hari-hari di mana anak anda bisa menjadi sangat perasa oleh perasaan marahnya dan hasilnya, tantrum menjadi hal yang tak dapat dihindari.

Menghindari terjadinya tantrum.

a) Buat contoh yang baik. Jika anak anda melihat anda langsung marah pada hal-hal kecil yang menjengkelkan, akan lebih sulit bagi mereka untuk belajar mengontrol perasaan mereka sendiri.

b) Berikan sedikit pujian. Dorong mereka untuk berkelakuan baik dengan memuji setiap kali mereka berkelakuan baik.

c) Cari tanda-tandanya. Banyak anak-anak yang memberikan beberapa pertanda mereka mulai rewel, jadi bersiap dirilah dan alihkan perhatian mereka ke hal lain.

d) Tawarkan batasan dan pilihan. Anak-anak akan merasa jengkel jika merasa mereka tidak bisa mengatakan sesuatu atau membuat keputusan, maka berikan pilihan kepada mereka jika memungkinkan.


Faktor Penyebab

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tantrum. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Terhalangnya keinginan anak mendapatkan sesuatu

Setelah tidak berhasil meminta sesuatu dan tetap menginginkannya, anak mungkin saja memakai cara tantrum untuk menekan orangtua agar mendapatkan yang ia inginkan, seperti pada contoh kasus di awal.

2. Ketidakmampuan anak mengungkapkan diri

Anak-anak punya keterbatasan bahasa, ada saatnya ia ingin mengungkapkan sesuatu tapi tidak bisa, dan orangtuapun tidak bisa mengerti apa yang diinginkan. Kondisi ini dapat memicu anak menjadi frustrasi dan terungkap dalam bentuk tantrum.

3. Tidak terpenuhinya kebutuhan

Anak yang aktif membutuh ruang dan waktu yang cukup untuk selalu bergerak dan tidak bisa diam dalam waktu yang lama. Kalau suatu saat anak tersebut harus menempuh perjalanan panjang dengan mobil (dan berarti untuk waktu yang lama dia tidak bisa bergerak bebas), dia akan merasa stres. Salah satu kemungkinan cara pelepasan stresnya adalah tantrum. Contoh lain: anak butuh kesempatan untuk mencoba kemampuan baru yang dimilikinya. Misalnya anak umur 3 tahun yang ingin mencoba makan sendiri, atau umur anak 4 tahun ingin mengambilkan minum yang memakai wadah gelas kaca, tapi tidak diperbolehkan oleh orangtua atau pengasuh. Maka untuk melampiaskan rasa marah atau kesal karena tidak diperbolehkan, ia memakai cara tantrum agar diperbolehkan.

4. Pola asuh orangtua

Cara orangtua mengasuh anak juga berperan untuk menyebabkan tantrum. Anak yang terlalu dimanjakan dan selalu mendapatkan apa yang diinginkan, bisa tantrum ketika suatu kali permintaannya ditolak. Bagi anak yang terlalu dilindungi dan didominasi oleh orangtuanya, sekali waktu anak bisa jadi bereaksi menentang dominasi orangtua dengan perilaku tantrum. Orangtua yang mengasuh secara tidak konsisten juga bisa menyebabkan anak tantrum. Misalnya, orangtua yang tidak punya pola jelas kapan ingin melarang kapan ingin mengizinkan anak berbuat sesuatu dan orangtua yang seringkali mengancam untuk menghukum tapi tidak pernah menghukum. Anak akan dibingungkan oleh orangtua dan menjadi tantrum ketika orangtua benar-benar menghukum. Atau pada ayah-ibu yang tidak sependapat satu sama lain, yang satu memperbolehkan anak, yang lain melarang. Anak bisa jadi akan tantrum agar mendapatkan keinginannya dan persetujuan dari kedua orangtua.

5. Anak merasa lelah, lapar, atau dalam keadaan sakit

6. Anak sedang stres (akibat tugas sekolah, dll) dan karena merasa tidak aman (insecure)


Tindakan
Dalam buku Tantrums Secret to Calming the Storm (La Forge: 1996) banyak ahli perkembangan anak menilai bahwa tantrum adalah suatu perilaku yang masih tergolong normal yang merupakan bagian dari proses perkembangan, suatu periode dalam perkembangan fisik, kognitif dan emosi anak. Sebagai bagian dari proses perkembangan, episode tantrum pasti berakhir. Beberapa hal positif yang bisa dilihat dari perilaku tantrum adalah bahwa dengan tantrum anak ingin menunjukkan independensinya, mengekpresikan individualitasnya, mengemukakan pendapatnya, mengeluarkan rasa marah dan frustrasi dan membuat orang dewasa mengerti kalau mereka bingung, lelah atau sakit. Namun demikian bukan berarti bahwa tantrum sebaiknya harus dipuji dan disemangati (encourage).

Jika orangtua membiarkan tantrum berkuasa (dengan memperbolehkan anak mendapatkan yang diinginkannya setelah ia tantrum, seperti ilustrasi di atas) atau bereaksi dengan hukuman-hukuman yang keras dan paksaan-paksaan, maka berarti orangtua sudah menyemangati dan memberi contoh pada anak untuk bertindak kasar dan agresif (padahal sebenarnya tentu orangtua tidak setuju dan tidak menginginkan hal tersebut). Dengan bertindak keliru dalam menyikapi tantrum, orangtua juga menjadi kehilangan satu kesempatan baik untuk mengajarkan anak tentang bagaimana caranya bereaksi terhadap emosi-emosi yang normal (marah, frustrasi, takut, jengkel, dll) secara wajar dan bagaimana bertindak dengan cara yang tepat sehingga tidak menyakiti diri sendiri dan orang lain ketika sedang merasakan emosi tersebut.

  • Tetap tenang.
  • Alihkan perhatian anak anda, kadang mengalihkan perhatian anak anda bisa berhasil sebelum ia mulai tantrum.
  • Abaikan tingkah lakunya, kadang pergi menjauh dan berpura-pura tidak melihat anak anda tantrum bisa membuatnya tenang (namun cara ini tidak berhasil jika tantrum sedang tinggi-tingginya).
  • Peluk anak anda dan berbicara padanya dengan tenang, walaupun kadang-kadang cara ini malah membuat segalanya menjadi lebih buruk.
  • Berhenti dulu. Jika anda merasa mulai kehilangan kesabaran, taruh anak anda di suatu tempat yang aman dimana anda bisa meninggalkannya, meskipun cara ini sebaiknya hanya dengan anak yang berusia di atas 18 bulan dan tidak lebih dari 2 menit.

Setelah tantrum mereda, jangan membicarakannya. Gendong anak anda dan hibur dia.


Pencegahan
Langkah pertama untuk mencegah terjadinya tantrum adalah dengan mengenali kebiasaan-kebiasaan anak, dan mengetahui secara pasti pada kondisi-kondisi seperti apa muncul tantrum pada si anak. Misalnya, kalau orangtua tahu bahwa anaknya merupakan anak yang aktif bergerak dan gampang stres jika terlalu lama diam dalam mobil di perjalanan yang cukup panjang. Maka supaya ia tidak tantrum, orangtua perlu mengatur agar selama perjalanan diusahakan sering-sering beristirahat di jalan, untuk memberikan waktu bagi anak berlari-lari di luar mobil.

Tantrum juga dapat dipicu karena stres akibat tugas-tugas sekolah yang harus dikerjakan anak. Dalam hal ini mendampingi anak pada saat ia mengerjakan tugas-tugas dari sekolah (bukan membuatkan tugas-tugasnya lho!!!) dan mengajarkan hal-hal yang dianggap sulit, akan membantu mengurangi stres pada anak karena beban sekolah tersebut. Mendampingi anak bahkan tidak terbatas pada tugas-tugas sekolah, tapi juga pada permainan-permainan, sebaiknya anak pun didampingi orangtua, sehingga ketika ia mengalami kesulitan orangtua dapat membantu dengan memberikan petunjuk.

Langkah kedua dalam mencegah tantrum adalah dengan melihat bagaimana cara orangtua mengasuh anaknya. Apakah anak terlalu dimanjakan? Apakah orangtua bertindak terlalu melindungi (over protective), dan terlalu suka melarang? Apakah kedua orangtua selalu seia-sekata dalam mengasuh anak? Apakah orangtua menunjukkan konsistensi dalam perkataan dan perbuatan?

Jika anda merasa terlalu memanjakan anak, terlalu melindungi dan seringkali melarang anak untuk melakukan aktivitas yang sebenarnya sangat dibutuhkan anak, jangan heran jika anak akan mudah tantrum jika kemauannya tidak dituruti. Konsistensi dan kesamaan persepsi dalam mengasuh anak juga sangat berperan. Jika ada ketidaksepakatan, orangtua sebaiknya jangan berdebat dan beragumentasi satu sama lain di depan anak, agar tidak menimbulkan kebingungan dan rasa tidak aman pada anak. Orangtua hendaknya menjaga agar anak selalu melihat bahwa orangtuanya selalu sepakat dan rukun.


Ketika Tantrum Terjadi

Jika tantrum tidak bisa dicegah dan tetap terjadi, maka beberapa tindakan yang sebaiknya dilakukan oleh orangtua adalah:

Memastikan segalanya aman. Jika tantrum terjadi di muka umum, pindahkan anak ke tempat yang aman untuknya melampiaskan emosi. Selama tantrum (di rumah maupun di luar rumah), jauhkan anak dari benda-benda, baik benda-benda yang membahayakan dirinya atau justru jika ia yang membahayakan keberadaan benda-benda tersebut. Atau jika selama tantrum anak jadi menyakiti teman maupun orangtuanya sendiri, jauhkan anak dari temannya tersebut dan jauhkan diri Anda dari si anak.

Orangtua harus tetap tenang, berusaha menjaga emosinya sendiri agar tetap tenang. Jaga emosi jangan sampai memukul dan berteriak-teriak marah pada anak.

Tidak memberi perhatian pada tantrum anak (ignore). Selama tantrum berlangsung, sebaiknya tidak membujuk-bujuk, tidak berargumen, tidak memberikan nasihat-nasihat moral agar anak menghentikan tantrumnya, karena anak toh tidak akan menanggapiataumendengarkan. Usaha menghentikan tantrum seperti itu malah biasanya seperti menyiram bensin dalam api, anak akan semakin lama tantrumnya dan meningkat intensitasnya. Yang terbaik adalah membiarkannya. Tantrum justru lebih cepat berakhir jika orangtua tidak berusaha menghentikannnya dengan bujuk rayu atau paksaan.

Jika perilaku tantrum dari menit ke menit malahan bertambah buruk dan tidak selesai-selesai, selama anak tidak memukul-mukul Anda, peluk anak dengan rasa cinta. Tapi jika rasanya tidak bisa memeluk anak dengan cinta (karena Anda sendiri rasanya malu dan jengkel dengan kelakuan anak), minimal Anda duduk atau berdiri berada dekat dengannya. Selama melakukan hal inipun tidak perlu sambil menasihati atau complaint (dengan berkata: "kamu kok begitu sih nak, bikin mama-papa sedih"; "kamu kan sudah besar, jangan seperti anak kecil lagi dong"), kalau ingin mengatakan sesuatu, cukup misalnya dengan mengatakan "mamaataupapa sayang kamu", "mama ada di sini sampai kamu selesai". Yang penting di sini adalah memastikan bahwa anak merasa aman dan tahu bahwa orangtuanya ada dan tidak menolak (abandon) dia.


Ketika Tantrum Telah Berlalu

Saat tantrum anak sudah berhenti, seberapapun parahnya ledakan emosi yang telah terjadi tersebut, janganlah diikuti dengan hukuman, nasihat-nasihat, teguran, maupun sindiran. Juga jangan diberikan hadiah apapun, dan anak tetap tidak boleh mendapatkan apa yang diinginkan (jika tantrum terjadi karena menginginkan sesuatu). Dengan tetap tidak memberikan apa yang diinginkan si anak, orangtua akan terlihat konsisten dan anak akan belajar bahwa ia tidak bisa memanipulasi orangtuanya.

Berikanlah rasa cinta dan rasa aman Anda kepada anak. Ajak anak, membaca buku atau bermain sepeda bersama. Tunjukkan kepada anak, sekalipun ia telah berbuat salah, sebagai orangtua Anda tetap mengasihinya.

Setelah tantrum berakhir, orangtua perlu mengevaluasi mengapa sampai terjadi tantrum. Apakah benar-benar anak yang berbuat salah atau orangtua yang salah merespon perbuatanataukeinginan anak? Atau karena anak merasa lelah, frustrasi, lapar, atau sakit? Berpikir ulang ini perlu, agar orangtua bisa mencegah tantrum berikutnya.

Jika anak yang dianggap salah, orangtua perlu berpikir untuk mengajarkan kepada anak nilai-nilai atau cara-cara baru agar anak tidak mengulangi kesalahannya. Kalau memang ingin mengajar dan memberi nasihat, jangan dilakukan setelah tantrum berakhir, tapi lakukanlah ketika keadaan sedang tenang dan nyaman bagi orangtua dan anak. Waktu yang tenang dan nyaman adalah ketika tantrum belum dimulai, bahkan ketika tidak ada tanda-tanda akan terjadi tantrum. Saat orangtua dan anak sedang gembira, tidak merasa frustrasi, lelah dan lapar merupakan saat yang ideal.

Dari uraian diatas dapat terlihat bahwa kalau orangtua memiliki anak yang "sulit" dan mudah menjadi tantrum, tentu tidak adil jika dikatakan sepenuhnya kesalahan orangtua. Namun harus diakui bahwa orangtualah yang punya peranan untuk membimbing anak dalam mengatur emosinya dan mempermudah kehidupan anak agar tantrum tidak terus-menerus meletup. Beberapa saran diatas mungkin dapat berguna bagi anda terutama bagi para ibu atau ayah muda yang belum memiliki pengalaman mengasuh anak. Selamat membaca, semoga bermanfaat.

Tantrum di tempat umum

Tantrum yang paling buruk dan sangat memalukan adalah tantrum yang terjadi di tempat umum, biasanya di supermarket. Jika anda melihat anak anda tidak menyukai belanja, cobalah untuk mengatur kegiatan ini tanpa mengekang anak anda. Jika tidak dapat dihindari, cobalah untuk membuat anda berdua menjadi lebih mudah dengan memikirkan hal di bawah ini:

a) Lakukan kegiatan belanja secepat mungkin, buat daftar belanja anda dan tetaplah pada daftar itu.

b) Gunakan pengalih perhatian, bawakan mainan untuk anak anda bermain atau buku untuk dia melihat-lihat. Membawakan minuman dan makanan kecil juga bisa membantu.

c) Biarkan anak anda membantu, mintalah anak anda untuk mengambilkan sereal, kantung teh atau barang-barang lain yang ringan dan tidak bisa pecah. Biarkan ia meletakkan barang-barang itu ke dalam troli atau juga mengeluarkannya.

d) Jika tantrumnya semakin menjadi-jadi, tetaplah tenang. Berbicaralah dengan tenang pada anak anda, jelaskan bahwa tingkah lakunya tidak bisa diterima. Anda mungkin harus meninggalkan tempat belanja dan kembali lagi kemudian, walaupun ini berarti anda harus meninggalkan barang belanjaan anda.

keselamtan kerja

Keterampilan dan Keselamatan kerja

Keterampilan kerja meliputi pengetahuantentang cara kerja dan prakteknya serta pengenalan aspek-aspek kerja secara terperinci sampai kepada hal-hal yang kecil termasuk keselamatannya. Tingkat keterampilan kerja yang tinggi berkaitan dengan tingkat praktek keselamatan yang diharapkab dan mengecilnya kemungkinan terjadi kecelakaan. Sebaliknya kecelakaan-kecelakaan mudah sekali terjadi kepada tenaga kerja yang tidak terampil

Keterampilan dan keselamatan adalah proses belajar. Keduanya berkembang sejalan dengan meningkatkan keterampilan atas pengalaman kerja bahaya-bahaya kecelakaan mendapatkan perhatian dari tenaga kerja yang bersangkutan. Keterampilan yang tinggi adalah cermin koordinasi yang efisien di antara pikiran, fungsi alat indera dan otot-otot tubuh. Efisiensi fungsi otot-otot tubuh seperti serasi dengan usaha keselamatan kerja.

Pengenalan terhadap pekerjaan dan bahaya-bahaya kecelakaan jauh dari cukup bagi keselamatan kerja, oleh karena pengenalan bersifat pasif dan tidak bersatu dengan proses belajar dalam praktek. Maka dari itu, usaha-usaha keselamatan kerja harus dimulai dari tingkat pelatihan kepada tenaga kerja diberikan.

Namun begitu, sekalipun keterampilan tinggi, kemungkinan terjadinya kecelakaan masih ada. Dengan keterampilan, pekerjaan dilakukan secara refleks oleh karena terbiasa, sehingga segi keselamatan terabaikan. Hal ini terutama terjadi pada pekerjaan yang berulang-ulang dilakukan, terlebih bila faktor waktu sangat menentukan. Sedapat mungkin, unsur-unsur keselamatan dapat dimasukkan dalam kebiasaan –kebiasaan kerja yang terbiasa ini. Sebagai contoh adalah pemasukkan bahan ke mesin sebaiknya dilakukan dengan memakai tingkat pendorong dan bukan di dorong dengan tangan, jika mesin tersebut tidak diberi pagar pengaman.

F. Sikap Terhadap Keselamatan

Terdapat dua definisi mengenai keselamatan.

Definisi yang pertama adalah pada tingkat operasional dan meliputi keselamatan yang kompleks tenaga kerja terhadap pekerjaannya dan lingkungannya. Keseluruhan reaksi ini merupakan landasan psikologis bagi penyelenggaraan pekerjaan dan mengatur tingkah lakunya. Maka dari itu, sikap terhadap keselamatan adalah hasil dari pengaruh-pengaruh yang rumit dan kadang bertentangan dan oleh karena itu, positif dan negatifnya tergantung tergantung dari individu-individu dan keadaan. Sikap ini dapat dimantapkan oleh usaha-usaha pimpinan kelompok atau petugas keselamatan kerja. Dari itu, program keselamatan harus dilandasi pengetahuan psiko-sosial yang mendalam, agar dapat berhasil dengan baik. Sebaiknya, sikap keselamatan didasarkan atas suasana serasi di antara pengusaha dan tenaga kerja yang akan lebih positif dari pada usaha sepihak saja.

Definisi yang kedua bertalian dengan sikap tenaga kerja terhadap keselamatan atas dinamika psikologis mereka. Menurut definisi ini, faktpr-faktor seperti tekanan emosi, kelelahan, konflik-konflik kejiwaan yang laten dan tak terselesaikan, dan lain-lain mungkin berpengaruh secara negatif terhadap keselamatan. Faktor-faktor ini mungkin pula berperan dalam timbulnya kecelakaan pada tenaga kerja yang sebenarnya tidak melakukan pekerjaan yang berbahaya. Mereka disebut “korban pasif dari nasib snediri”. Definisi kedua ini sangat penting terutama pada kecelakaan-kecelakaan lalu lintas.

G. Pertentangan di Antara Produksi dan Keselamatan

Diantara kepentinga produksi dan keselamatan, terkadang terdpaat pertentangan. Dalam keadaan seperti itu, pengusaha atau buruh mengorbankan persyaratan keselamatan dan mengambil risiko terjadinya kecelakaan untuk peningkatan produktivitas. Sebagai contoh adalah, dikuranginya perawatan mesin dan peralatan kerja oleh pengusaha agar hilangnya hilangnya produksi dicegah; Peniadaan pagar-pagar pengaman atau tidak dipakainya alat-alat perlindungan diri yang dirasakan memberi hambataan. Pada keadaan disebut belakang, ancaman hukuman kurang bermanfaat dan sebaiknya usaha diadakan untuk mengubah sikap terhadap keselamatan misalnya dengan mengundang partisipasi buruh dalam memilih alat-alat proteksi perlindungan diri yang sesuai.

Juga dari pengalaman terbukti, bahwa angka kecelakaan pada pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan proses produksi yang pokok adalah lebih kecil dari pada kecelakaan pada pekerjaan-pekerjaan yang bersifat sampingan.

H. Kecelakaan dan Keampuhan Sistem

Keampuhan suatu sistem adalah besarnya kemungkinan bahwa sistem tersebut akan berfungsi secara memuaskan menurut maksud tujuannya pada keadaan-keadaan dan waktu tertentu.

Secara luas telah dimaklumi, bahwa jumlah kecelakanaan yang lebih dari angka rata-rata terjadi pada keadaan-keadaan yang menyebabkan gangguan proses produksi normal atas dasar kerusakan atau kegagalan sistem. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa peningkatan keampuhan sistem akan berakibat penguranagan peristiwa kecelakaan dan juh=ga meningkatkan produksivitas. Upaya harus diarahkan tidak hanya memperaiki standar mesin tetapi juga kemantapan komponen manusiawi dalam sistem manusia dan mesin enga epndidikan tenaga kesja dalam cara pengelolaan mesin dan peralatan kerja.

I. Komunikasi dan Keselamatan

Keampuhan suatu sistem sampai tingkat tertentu tergantung pada kualitas komunikasi yang terjadi diantara aneka unsur. Dalam industri, bentuk komunikasi di dalam suatu sistem biasnaya dirumuskan dalam ketentuan-ketentuan resmi, seperti isyarat-isyarat atau penggunaan bentuk standar untuk pengiriman keteranagn dan lain-lain.

Namun, kadang-kadang komunikasi dengan saluran tidak resmi lebih berpengaruh. Jika komunikasi resmi dan tidak resmi bertentangan, biasnaya justru sering yang tidak resmi yang diikuti oleh tenaga kerja. Di a ntara kawan sejawat, sering pula dipakai isyarat-isyarat komunikaso tersendiri. Cara-cara komunikasi tersebut terkadang lebh efektif dari pada yang resmi. Namun ada bahayanya, yaitu bial seorang tenaga kerja yang belum berpadu dengan kelempok tersebut ikut bekerja maka akan mendatangkan kecelakaan.

Maka dari itu, sistem komunikasi resmi harus cukup jelas, komperhensif dan tidak berarti jamak serta tidak rumit, agar tidak diganti dnegan isyarat-isyarat tidak resmi. Penggantian tersebut terutama harus mendapatkanperhatian pada :

a. Adanya komunikasi diantara kelompok-kelompok yang tidak sama seperti bagian administrasi dan bagian produksi.

b. Terapatnya tenaga baru yang belum memahami isyarat-isyarat tidak resmi.

Dua segi lainnya tentang komunikasi adalah singkatan informasi yang terlalu terperinci. Tenaga kerja mungkn menggunakan bentuk-bentuk singkatan untuk komunikasi, sehingga memperbaiki kecepatan kerja. Namun dengan begitu, keampuhan sistem menurun. Begitu pila dengan tingkat keselamatannya. Sebaliknya, tenaga kerja yang bekerja sesuai dengan tanda-tanda petunjuk dan panel-panel pengendali mungkin terganggu oleh banyaknya dan terperincinya informasi yang disapaikan kepada mereka. Dengan begitu, reaksi-reaksi mereka akan lebih lambat dan kurang teliti.

J. Faktir Manusiawi dan Pencegahan Kecelakaan.

Analisa kecelakaan yang ditujukkan kepada faktor manusia memiliki kerugian, tetapi mungkin memberikan bahan berguna bagi pencegahan kecelakaan. Kerugian terpenting adalah kenyataan bahwa tenaga kerja atau kelompok tenaga kerjalah yang dipersalahkan, sehingga dianggap bahwa investasi dalam keselamatan seperti pemagaran mesin untuk keselaman, kurang penting.

Sebaliknya penelitian faktor manusiawi akan memerikan kejelasan tentang kesalahan-kesalahan dalam sistem manusia-mesin, pengaruh yang tidak menguntungkan dari faktor lingkungan seperti penerangan, suhu udara, ventilasi, dan lain sebagainya, sikap kelompok, kerja yang tidak dikehendaki, dan kelemahan-kelemahan organisiasi kerja dan proses kerja. Kesemuanya ini dapat diperbaiki dengan penggunaan alat-alat keselamatan, peningkatan standar lingkungan kerja, perbaikan rosedur seleksi, pendidikan tentang praktek-praktek keselamatan, peniadaan sikap-sikap negatif melalui keserasian yang lebih baik dalam hubungan pengusaha dan buruh, dan pengaturan sitem produksi secara nasional.

Dalam hubungan kecenderungan untuk tertimpa kecelakaan atas dasar kelainan penegndalaib syaraf dan otot, sanagt baik apabila kelainan tersebut ditemukan pada pemeriksa kesehatan sebelum kerja dan tenaga kerja tersebut dihadapkan dengan bahaya-bahaya kecelakaan. Selain pemeriksaan medis, ada manfaatnya dipakai pengujian spikologis. Sabagai contoh, pengujian psikologis pada pengemudi-pengemudi kendaraan dapat menurunkan keclakaan lalu lintas. Pemeriksaan medis sendiri dapat menemukan kemungkinan penderita-penderita epilepsi, buta warna, kelainan penglihatan, dan lain-lain dan menghindari penempatan orang-orang tersebut pada pekerjaan-pekerjaan yang berbahaya. Namun begitu tetap sulit untuk mendapatkan kepastian yang benar-benar tentang tingkah laku seseorang dalam keselamatan melalui pemeriksaan medis dan pengujian-pengujian kejiwaan tersebut.

A. Penerangan

Penerangan merupakan satu aspek ingkungan fisik penting bagi keselamatan kerja. Beberapa penelitian membuktikan bahwa penerangan yng tepat dan disesuaikan dengan pekerjaan berakibat produksi yang maksimal,ketidak efisienan yang minimal, dan dengan begitu secra tidak langsung membantunmengurangi terjadinya kecelakaan. Dalam hubungan kelelahan sebagai sebab kecelakaan, penerangan yang baik merupakan usaha preventif. Pengalaman menunjukkan bahwa peneranga n yang tidak memadai disertai tingkat kecelakaan yang tinggi.

Faktor-faktor dalam penerangan yang menjadi sebab kecelakaan meliputi kesilauan langsung, kesilauan sebagai pantulan dari lingkungan pekerjaan dan bayang-bayangan yang gelap. Juga perubahan yang mendadak dari keadaan terang kepada keadaan gelap dapat membahayakan. Terkadanga, kelalaian berlatar pada kesulitan penglihatan.

Contoh, seorang tenaga kerja menuruni tangga saalh injak dan terjatuh sabagai akbat adanaya bayanagan yang mengenai tangga oleh keadaan peneranagn yang buruk.

Peneranagn yang baik sangat perlu untuk mencegah kecelakaan, ditempat-tempat ydengan bahaya terkantuk, terjatuh atau terjerembab seperti pinggir pelabuhan, sepanjang rel kereta api yang dilalaui orang, di jalan-jalan, di tangga, pada tempat keluar, dan sebagainya.

Bila ruang kerja terdapat banyak orang, penerangan harus diadaakan secara baik di jalan-jalan untuk lewat, di tangga, tempat-tempat keluar, di daerah mesin-mesin dan lain-lain., sekalipun penerangn umum tidak dapat melakukannya. Maka dari itu, sering kali memerlukan pembangkit listrik khusus untuk keperluan tersebut. Terkadang cat-cat yang berlumensi dapat membantu. Tanda-tanda harus jelas dan untuk itu dipakai penerangan listrik

B. Ventilasi dan pengaturan suhu

Ventilasi umum atau setempat ada pula peranannya dalam keselamatan kerja. Demikian pula dengan pengaturan sehu udara dengan pendinginan. Misalnya, ventilasi setempat merupakan suatu cara meniadakan debu-debu eksplosif, seperti debu alumunium, magnesium, gabus, pati atau tepung dari udara. Uap-uap yang ada di udara yang dapat tebakar diturunkan keadaannya sampai atas aman oleh ventilasi umum atau dihilangkan sama sekali oleh ventilasi ke luar setempat. Pengaturan suhu udara dapat mencegah keadaan terlalu dingin atau terlalu panasyang dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan.

Sistem ventilasi perlu perencanaan yang tepat, hal ini terutama perlu bagi ventilasi ke luar setempat harus diletakkan dan diatur sedemikian rupa sehingga tidak ada uap logam atau debu yang memasukki temapt kerja atau langsung dihirup oleh tenaga kerja.

Kedinginan menjadi sebab kurangnya keterampilan tangan dan hal ini berbahaya bagi pekerjaan dengan mesin. Udara panas adalah sebab kelelahan dan kurangnya konsentrasi. Ungkin suhu udara yang tepat di tempat ekrja adalah sekitar 24-26°C suhu kering. Faktor-faktor yang luas berpengaruh kepada suhu kerja ini.

C. Kebisingan

Kebisingan mempengaruhi konsentrasi dan dapat membantu terjadinya kecelakaan. Kebisingan yang lebih dari 85 dB(A) dapat mempengaruhi daya dengar dan menimbulkan ketulian. Pencegahan terhadap kebisingan harus dimulai sejak perencanaan mesin dan dilanjutkan dengan memasang bahan-bahan yang menyerap kebisingan. Organisiasi kerja dapat diatur sedemikian rupa sehingga pekerjaan persiapan tidak dilakukan diruang yang bising. Alat-alat pelindung diri juga dapat dipergunakan.